Catcalling yang Jadi Mimpi Buruk Kaum Perempuan

1018

Baca juga: Kiprah KAGAMA Jambi Bangun Daerah Lewat Kegiatan Sosial Sejak 1979

Merasa Direndahkan dan Tidak Dihargai

Catcalling mengandung kata-kata yang merendahkan perempuan.

Perempuan yang baru saja menerima catcalling merasa tidak dihargai.

Dalam benaknya, muncul pertanyaan, “Sebegitu tidak berhargakah diri Saya? Apakah Saya tidak lebih dari sekadar obyek yang dianggap tidak punya perasaan?” dan lain-lain.

Merasa Tidak Aman Bepergian

Bentuk street harassement ini menjadi ancaman tersendiri bagi perempuan ketika bepergian.

Muncul perasaan tidak aman dan membutuhkan perlindungan ekstra saat bepergian ke tempat umum.

Terkadang untuk menghindarinya, perempuan mengajak orang terdekatnya untuk menemani keluar rumah, atau memilih mengendarai sepeda motor ketimbang jalan kaki.

Bahkan ada yang memilih untuk berdiam di rumah jika tak mendesak.

Baca juga: Raih Penghargaan dari BPNB, Kiprah Ganjar Pranowo Atasi Bencana Patut Dicontoh Pemimpin Lain

Merasa Lemah dan Tak Berdaya

Ada perempuan yang memilih melawan ketika menghadapi catcalling.

“Mereka colek punggung Saya, karena sudah keterlaluan Saya kata-katain mereka. Bukannya minta maaf laki-laki ini malah cengengesan dan bilang ‘kalau ngomel malah tambah cantik’,” ungkap VA di akun twitternya, seorang perempuan yang mendapat catcalling di traffic light.

Namun, ada juga perempuan yang tak mampu melawannya sama sekali.

Dia memilih diam, karena takut perlawanannya justru akan membuat pelaku dendam dan melakukan perbuatan yang lebih jahat lagi.

Sontak, ada perasaan tak berdaya, lemah, dan menyesal karena membiarkan diri direndahkan oleh pelaku.

Baca juga: Inovasi Teknologi Karya Dosen UGM yang Mampu Genjot Budidaya Ikan Wader Pari