Cara Bijak Konsumsi Suplemen dan Obat untuk Tingkatkan Sistem Imun

712

Baca juga: Alumnus HI UGM Angkatan 1989 Dilantik Jadi Staf Ahli Kemenko Marves

“Penelitian sebelumnya juga mengatakan bahwa, kompleks zink dan pirition ini terbukti menghambat replikasi SARS,” ujar dosen yang menekuni bidang medical and health science ini.

Mineral lainnya yaitu selenium yang bersifat antioksidan, menetralkan molekul yang tidak stabil, mengatur sel-sel imun, sehingga mineral ini penting untuk peningkatan sistem imun.

Sementara bagi yang ingin mengkonsumsi herbal, pilihlah produk herbal yang mengandung Echinaceae dan pyhlantus niruri.

Dua kandungan ini, kata Zullies, bisa meningkatkan aktivitas sel-sel imun. Namun, sampai saat ini evidence secara klinis terkait herbal masih sangat terbatas.

“Kebanyakan hasil-hasil pengujian faktanya dilakukan secara preklinik, misalnya dengan hewan uji dan sel kultur,” jelas alumnus Fakultas Farmasi UGM angkatan 1987 ini.

Baca juga: KAGAMA Kediri Salurkan Bantuan APD dari Deru UGM untuk Puskesmas dan Rumah Sakit

Di samping itu, pakar farmakologi ini membenarkan jika empon-empon berkhasiat bagi sistem imun. Masyarakat bisa mengkonsumsi empon-empon sebagai pengganti vitamin atau mineral.

Sesungguhnya sistem imun bisa meningkat jika kebutuhan makanan sudah tercukupi. Namun, bagi sebagian orang asupan untuk peningkatan sistem imun tidak cukup hanya dengan makanan.

Di sinilah peran suplemen dan obat-obatan. Artinya, kita tidak diwajibkan mengkonsumsi suplemen dan obat-obatan itu, konsumsilah saat kita sedang membutuhkan saja.

Zullies menerangkan, ada hal-hal yang harus diperhatikan ketika memilih suplemen dan produk herbal. Pertama, coba periksa kembali riwayat alergi kita.

Lalu, ketika mengkonsumsi suplemen dan herbal, jangan menggunakan takaran dan kombinasi yang berlebihan.

Baca juga: Dubes Kristiarto: Hubungan Bilateral Indonesia dan Australia Semakin Erat dalam Masa Pandemi

“Jika sudah mengkonsumsi makanan bergizi, maka cukup konsumsi vitamin saja, karena zat-zat pendukung imun umumnya sudah terkandung di dalam makanan,” jelas lulusan Ehime University School of Medicine, Jepang itu.

Selanjutnya sesuaikan dengan kebutuhan kelompok berisiko. Ibu hamil, usia lanjut, anak-anak, biasanya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

Sebelum mengkonsumsi suplemen dan herbal, bisa konsultasi dulu dengan apoteker terkait jumlah kebutuhannya.

“Perhatikan juga, ada atau tidak interaksi suplemen dan herbal dengan obat tertentu yang sedang digunakan,”

“Meskipun belum ada uji klinis terkait interaksi antar obat itu, kita tetap harus waspada. Misalnya setelah minum obat tertentu, baiknya memberi jeda beberapa jam baru kemudian minum suplemen untuk mencegah interaksi,” paparnya.

Berikutnya, diperhatikan juga jangka waktu penggunaan. Konsumsi suplemen dan herbal sesuai kebutuhan saja.

Misalnya, ketika sakit, kita butuh tambahan suplemen. Namun, ketika sudah sehat, dalam hal ini bisa makan dengan porsi banyak dan bergizi, maka tidak perlu mengkonsumsi suplemen.

“Terakhir, jika membeli obat di apotek, jangan lupa memperhatikan informasi penggunaannya. Kalau kurang jelas tanyakan ke apotekernya,” pungkasnya. (Kn/Th)

Baca juga: Alumnus Farmasi UGM Angkatan 1983 Resmi Nakhodai Badan Standardisasi Nasional