Candu Masyarakat pada Uang Elektronik, Good Life atau Happines?

1060
Sekarang swasta sudah mulai ikut mengontrol uang. Pemerintah dan bank central merupakan lembaga yang terancam.Mereka bisa dikalahkan perusahaan-perusahaan yang berbasis data. Foto: beritabatam.co
Sekarang swasta sudah mulai ikut mengontrol uang. Pemerintah dan bank central merupakan lembaga yang terancam.Mereka bisa dikalahkan perusahaan-perusahaan yang berbasis data. Foto: beritabatam.co

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Bayar ojek dan taksi online, hingga berburu promo merupakan cara pekerja muda memanfaatkan uang elektronik.

Beberapa waktu KAGAMA mengobrol dengan lima belas pekerja muda yang rata-rata berumur 22-26 tahun.

Mereka bekerja di wilayah Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung.

Dari 15 pekerja muda, 2 orang di antaranya mengisi saldo dompet digital <Rp50.000, 7 orang berkisar Rp50.000-Rp100.000, dan 6 orang lainnya mengisi >Rp100.000.

Semua pekerja muda mengisi saldo sesuai kebutuhan mereka dan memanfaatkan uang elektronik untuk bertransaksi, terutama ketika memesan ojek dan taksi online, memesan makanan, dan membayar merchant.

Khusus pekerja yang mengisi saldo >Rp100.000 mereka mengaku uang tersebut mereka gunakan juga untuk membayar berbagai tagihan, seperti listrik dan air.

RS (26) bekerja di Jakarta, dia menggunakan dua dompet digital dan masing-masing dia isikan saldo sebesar Rp200.000.

Sidiq menuturkan, Indonesia mungkin butuh 200 tahun untuk bisa membangun tradisi membuat database digital. Foto: Dok Pri
Menurut Sidiq, tren masyarakat sudah dibawa ke era cashless society oleh proyek global. Namun, tidak semua orang memperoleh keuntungan, apalagi di negara yang tingkat kesenjangannya besar. Foto: Dok Pri

Baca juga: Mengapa Uang Saku Mahasiswa Habis Sebelum Waktunya?

“Biasanya buat bayar taksi online sama berburu promo,” ungkap RS kepada KAGAMA.

Masih di lokasi yang sama, NS (25) mengisi saldo ke masing-masing dompetnya berkisar Rp120.000-Rp200.000.

Seperti RS, NS juga menggunakan uang elektronik ini untuk kebutuhan transportasi dan konsumsi.

Lain halnya dengan SA (22) bekerja di Jakarta, mengisi saldo dompet digitalnya hingga Rp450.000.

SA lebih banyak menggunakan uang elektronik ini untuk membayar tagihan.

Jika untuk kebutuhan transportasi dan konsumsi, dia cukup mengisi saldo sekitar Rp20.000-Rp50.000.

Sementara mereka yang biasa mengisi saldo dompet digital berkisar Rp50.000-Rp100.000, biasa memanfaatkan saldonya untuk kebutuhan transportasi dan konsumsi.

Baca juga: Cara Menabung bagi Mahasiswa Kos yang Uangnya Pas-pasan