Buat Komposit Beton dari Sampah Plastik, Mahasiswa UGM Raih Medali Emas WINTEX 2019

400

Baca juga: Keris, Teknologi Canggih yang Menyimpan Pesan Ketauhidan Leluhur

Limbah plastik tersebut kemudian dicacah menggunakan mesin pencacah plastik untuk selanjutnya dipanaskan sekitar 30 menit dengan suhu 410-580 derajat celcius.

Langkah berikutnya lelehan plastik dicampur dengan pasir elod.

Setelah itu, dicetak dengan ukuran 5cm x 5cm x 5cm, kemudian dikeringkan selama tujuh hari.

Lelehan plastik tersebut, kata Putra, digunakan sebagai pengganti semen.

Elka menambahkan, produk komposit beton yang dihasilkan ini memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran.

Baca juga: Gelar Pameran Keris, RSUP Dr. Sardjito Ingin Menjadi Rumah Sakit Berbudaya

“Produk komposit beton dari lelehan plastik ini mempunyai kuat tekan 15,52 MPa dengan pengeringan selama tujuh hari. Sedangkan kuat tekan beton M15 atau produk yang telah ada di pasaran dengan pengeringan selama 28 hari sebesar 15 MPa,” ujar Elka.

Artinya komposit beton plastik ini lebih kuat daripada beton yang biasanya digunakan.

Dalam pembuatannya tidak menggunakan alat-alat berat yang kompleks, sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat.

Namun, perlu memakai material alat yang telah dimofikasi.

Komposit beton ini ke depannya dapat digunakan untuk paving blok.

“Yang  masih menjadi pekerjaan rumah bagi kami adalah bagaimana bisa membuat komposit beton dengan harga yang kompetitif dengan batako biasa,” imbuh Vidiskiu.

Dia menerangkan, batako biasa per buahnya dijual Rp2.500, sementara komposit beton yang mereka kembangkan ada pada harga sekitar Rp3.500 sampai Rp4.000, per buahnya.

“Ini masih jadi tantangan bagi kami,” ujarnya. (Kinanthi)

Baca juga: Munas KAGAMA ke XIII Bakal Jadi Ruang Diskusi untuk Wujudkan Cita-cita Kebangsaan