Bisnis Burger Tetap Bertahan, Walau Berkali-kali Dikalahkan Kompetitor

679

Baca juga: Almarhum Prof. Hartono di Mata Kolega: Tegas, Amanah, dan Senang Berbagi

Ketika itu, ada kompetitor yang membuka usaha tidak jauh dari lokasi lapak Dian.

Ternyata, kompetitor ini juga membeli stok roti burger di tempat yang sama dengan Dian.

“Ya jelas saya merasa tidak nyaman, akhirnya saya memutuskan untuk membuat roti burger sendiri dan menambah modal Rp5,4 juta untuk membeli mixer, oven, rak roti, rak proofing, serta hire karyawan produksi.”

“Modal ini saya dapatkan dari hasil penjualan burger sebelumnya, jadi kita putar modalnya,” ungkap alumnus FKG UGM angkatan 1989 ini.

Masa-masa surut kembali dihadapi Dian, setelah berhasil memproduksi roti burger sendiri.

Baca juga: Aksi Solidaritas KAGAMA Balikpapan untuk Tenaga Non Kesehatan Rumah Sakit

Datang lagi kompetitor, kali ini kompetitor berjualan dengan gerobak keliling, menyapu wilayah kota Magelang.

Omset usaha Dian turun drastis menjadi 20-30 pcs burger per harinya.

“Tetapi, dari pengalaman ini saya jadi belajar. Supaya bisnis tetap bertahan, saya juga turut mengadopsi cara berjualan si kompetitor ini, dengan ikut berjualan dengan menggunakan gerobak. Ternyata membuahkan hasil, dalam sehari omset naik lagi menjadi 75 pcs.”

“Dalam tiga bulan, perlahan saya menambah dua gerobak lagi untuk jualan. Saya buat gerobak secara bertahap mulai dari alat-alat memasak hingga etalasenya, 3 gerobak membutuhkan modal Rp5,6 juga.”

“Lalu mengganti nama merk burger menjadi TEEN’s Burger, karena target pasar saya anak-anak muda. Setelah itu, omset kembali pulih menjadi 100-150 pcs dalam sehari,” jelasnya.

Baca juga: Pesan Dokter RSA UGM bagi Orang Yang Melakukan Karantina Mandiri di Rumah