Baca juga: Inilah Manusia Unggul yang Diharapkan Mampu Menjaga Keanekaragaman Hayati Indonesia
“Dengan demikian mereka akan terus mendoakan dan mungkin turut bersenang hati membantu Anda.”
“Kemudian tanyakan pada diri sendiri, apakah kita membeda-bedakan perlakuan kita ke orang lain? Apakah kita sudah membangun hubungan yang positif dengan orang terdekat?” pungkasnya.
Wiwit menjelaskan, hasil kerja seseorang diperoleh dari skill, knowledge, GPA, dan atititude yang dimiliki. Semuanya harus seimbang.
Menurut Wiwit, attitude yang baik datang dari pikiran yang positif, yang kemudian mempengaruhi perkataan yang diucapkan.
Perkataan akan mempengaruhi habit, lalu habit akan menjadi karakter yang menentukan nasib seseorang ke depannya.
Baca juga: Kuliner Indonesia Masih Belum Populer di Dunia, Begini Tantangan dan Solusinya
“Sepintar apapun alumni UGM dalam menyelesaikan masalah, mereka tetap harus rendah hati, humble, dan bijaksana,” jelas dosen jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh UGM itu.
Kondisi pandemi cukup membuat sulit para lulusan mencari pekerjaan. Namun, bukan berarti lulusan harus berdiam diri.
Wiwit menyarankan agar mahasiswa memanfaatkan waktu yang ada untuk mengembangkan skill.
Selain itu, mahasiswa bisa belajar mempublikasikan skripsi atau penelitian lapangan yang dimiliki. Kemudian tingkatkan kemempuan bahasa asing, coding, public speaking, desain dan membuat video, atau lainnya.
“Coding dinilai penting, karena teknologi akan terus berkembang ke depannya, sehingga kemampuan memahami bahasa pemrograman seperti coding jelas dibutuhkan skill dasar.”
Baca juga: Wali Kota Gorontalo Alumnus UGM Jadi yang Terbaik Jaga Stabilitas Ekonomi Masa Pandemi
