Berawal dari Gubuk Kecil di Kantin Fapet UGM, Bisnis Es Krim Mirza Kini Sudah Menggandeng 50 Restoran

991

Baca juga: Seorang Dokter Sangat Tidak Mudah untuk Mengcovidkan Pasien

“Pernah juga izin edar bermasalah, sampai akhirnya kegiatan penjualan terhenti sama sekali. Jadi, ini merupakan pelajaran yang bisa menjadi pondasi dasar sebelum berbisnis,” jelasnya.

Karena persoalan ini, Mirza sampai harus menjual sebagian harta dan asetnya untuk membayar hutang-hutangnya.

Alhasil Mirza kembali memulai bisnisnya dari nol. Walaupun omzet saat ini tak sebesar omzet di awal dia membangun bisnis, Mirza merasa jauh lebih senang berkat ketenangan batin yang dia dapatkan

Diakui Mirza, omzet usahanya mengalami penurunan di masa pandemi. Es krim yang juga dipasarkan di kalangan mahasiswa ini, mengalami penurunan penjualan, karena banyak mahasiswa tidak belajar di kampus.

Namun, situasi pandemi tidak dijadikannya sebagai alasan untuk berdiam diri.

Baca juga: Tak Mau Menjadi Ahli Gizi, Levi Menikmati Perannya di Bidang Industri Makanan

Sebagai pengusaha Mirza berusaha keluar dari zona nyaman, dengan melihat peluang bisnis yang bisa dimanfaat dalam situasi krisis.

“Dalam situasi ini kami menjalankan sebuah langkah, yang sebelumnya tertunda karena berbagai alasan.”

“Di situ saya sadar, bahwa jika kita memiliki banyak alasan maka lupakan sukses, jika ingin sukses lupakan alasan. Prinsip tersebut selalu saya pegang hingga hari ini,” tutur alumnus Fakultas Peternakan UGM angkatan 2006 itu.

Menurutnya, pengusaha harus segera cepat melangkah dan berakselerasi, sebelum tergilas zaman dan tentu agar sesuatu yang dipertahankan selama ini tetap eksis.

Mirza bercerita, Yogya Ice Cream belum lama ini mengeluarkan produk baru bernama Miku Ice Bucket, yang menjadi inovasi karya anak bangsa.

Baca juga: Staf Ahli Kemenkeu: Pemerintah Telah Memberikan Perhatian Penuh pada Pengembangan UMKM Sejak Sebelum Pandemi