Belinda Ungkap Hubungan Kerusakan Hutan dengan Penyebaran Virus

523

Baca juga: Aksi Duo KAGAMA Gelanggang Bantu Petani yang Kesulitan akibat Covid-19

“Perubahan aktivitas yang menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan itu berdampak pada kenaikan suhu bumi. Laporan IPCC menyebutkan suhu bumi dewasa ini semakin meningkat.”

“Kenaikan suhu perlu ditekan, sebagaimana laporan dari Ingovermental Panel on Climate Change (IPCC), kenaikan suhu 1 derajat bisa menyebabkan pencairan es di kutub dan membahayakan eksistensi sejumlah satwa,” ungkap lulusan University of Twente, Netherland ini.

Dia menjelaskan, jika kenaikan suhu mencapai 2 derajat, maka dapat mengakibatkan risiko kelenyapan hutan hujan hingga 40 persen. Tentu ini berakibat pada menipisnya cadangan makanan hewan.

Ketika suhu naik 3 derajat, maka risikonya akan lebih besar lagi. Pohon tidak mampu menahan CO2 dan kota-kota besar akan penuh dengan polusi.

Kemudian suhu naik 4 derajat, Karhutla tak akan terkendali. Suhu naik 5 derajat, manusia tidak akan mampu menahan, sampai naik ke 6 derajat maka bumi sudah tidak layak huni.

Baca juga: Humor Memang Harus Ada Konteksnya

“Ini serius sekali situasi yang kita hadapi sekarang. Jadi kita harus bertahan agar suhu tidak naik sampai 2 derajat,” ungkap alumnus Fakultas Kehutanan UGM ini.

Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) telah mengeluarkan skema Reduce Emission From Deforestation and Forest Degradation, ditambah Suistainable Forest Management, Rule of Conservation (REDD+).

Skema ini merupakan mekanisme internasional yang memberikan insentif kepada negara berkembang, yang berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.

Dengan skema ini masyarakat didorong untuk menjaga hutan alam. Jika hal ini giat dilakukan, maka akan ada insentif yang diperoleh, antara lain sumberdaya alam baik, cukup memenuhi kebutuhan, kebersihan lingkungan yang memenuhi syarat.

Baca juga: Siap Gratiskan Swab Test Warga Kabupaten Tetangga, Petrus Kasihiw: Ini Soal Kemanusiaan

“Sesungguhnya cara ini telah ditunjukkan oleh pandemi Covid-19. Terlihat bagaimana aktivitas masyarakat yang berkurang, perlahan mendorong adanya perbaikan alam,” jelasnya.

Belinda menegaskan, masyarakat sekarang harus berusaha hidup sederhana dengan mengonsumsi produk lokal, mengonsumsi hal-hal yang dibutuhkan saja.

“Kalau kita mengonsumsi produk lokal, secara langsung kita sudah mengurangi carbon print, serta membangun ekonomi mandiri.”

“Nenek moyang kita zaman dulu sudah mengajari kita untuk menghargai alam dengan cerita-cerita mistik. Meskipun demikian, ini bisa jadi motivasi bagus bagi orang, agar sejak dini lebih menghargai alam,” tuturnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Kata Dokter Hewan Alumnus UGM tentang Ketentuan Pemeliharaan dan Penyembelihan Hewan Kurban di Masa Pandemi