Belajar Toleransi dari Kampung Ilawe, Muslim-Kristen Bersatu Bangun Masjid dan Gereja

1178
Kampung Ilawe, Nusa Tenggara Timur, bisa jadi tempat berkaca bagi masyarakat Indonesia untuk memahami wujud asas toleransi. Foto: CRCS UGM
Kampung Ilawe, Nusa Tenggara Timur, bisa jadi tempat berkaca bagi masyarakat Indonesia untuk memahami wujud asas toleransi. Foto: CRCS UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Cerita-cerita tentang friksi antarumat beragama masih terdengar di berbagai belahan Indonesia.

Padahal, pasal 28E ayat (2) dan pasal 29 ayat (2) UUD 1945 telah menjamin kebebasan warga Indonesia untuk melakukan praktik keagamaan.

Namun, politik identitas dan narasi kebencian mungkin masih sulit dihapuskan.

Salah satu contoh adalah gesekan antara umat Islam (muslim) dan umat Kristen.

Dalam beberapa kasus yang belakangan terjadi, kedua kubu masih memperlihatkan sikap intoleransi.

Yakni ketika kampung yang mayoritas Muslim melarang komunitas kristen mendirikan gereja.

Atau pun kampung dengan sebagian besar penduduk beragama Kristen tak memperbolehkan komunitas Muslim membangun Masjid.

Baca juga: Menguji Kualitas Terjemahan Google Translate dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia

Namun, ribut-ribut yang seperti itu tidak terjadi di suatu kampung di Nusa Tenggara Timur.

Namanya Kampung Ilawe, sekitar satu jam dari Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor.

Dalam artikel Kampung Ilawe: Beda Agama Membangun Masjid dan Gereja, yang dipublikasikan oleh CRCS UGM, Merlin Tiran menjadi saksinya.

Di Kampung Ilawe, Merlin melihat para nelayan dan petani dengan berbeda keyakinan bahu-membahu membagun gereja dan masjid.

Bahkan, mereka juga tergabung dalam kepanitiaan perayaan agama.

 “Suasana damai dan tenteram langsung terasa begitu masuk kampung ini,” kata Merlin.

“Tidak hanya karena kultur toleransi agama yang terjaga, tetapi juga karena pemandangan alamnya,” terangnya.

Baca juga: Darurat Corona, Menhub Budi Karya Tunda Penerbangan Indonesia-Tiongkok