Begini Persaingan Pasar yang Dihadapi Medical Supplier Industry di Masa Pandemi

884

Baca juga: Sukma Pribadi Buktikan Lulusan TPB UGM Bisa Bekerja di Bidang Industri Pangan

“Sehingga kompetisi yang semula hanya ringan-ringan saja, kini tiba-tiba menjadi sangat panas.”

“Tiba-tiba ada perusahaan konsumer besar yang memproduksi antiseptik dari kemasan kecil hingga besar. Hal ini telah mengubah tatanan kompetisi di industri kesehatan,” ungkap alumnus Magister Manajemen UGM itu.

Kompetisi semakin beragam dengan adanya berbagai gagasan dan ide yang beredar di masyarakat, terkait cara membuat antiseptik dan disinfektan dengan mudah dan murah.

Merespon kondisi ini, banyak perusahaan yang kemudian mendaftarkan produknya ke Kemenkes dengan kualitas yang beragam.

Ada lagi yang tak kalah mengejutkan, yaitu harga produk masker yang sangat bervariasi di pasaran.

Baca juga: Pengakuan UNESCO terhadap Situs Budaya dan Alam Indonesia Harus Dimanfaatkan Seluruh Pemangku Kepentingan

Sementara medical supplier industry sudah tak bisa lagi menekan harga produk maskernya.

Di samping menjaga stabilitas produksi barang, kata Obed, perusahaan juga harus memastikan seluruh pekerja aman dari sisi kesehatan.

Karena tidak memungkinkan untuk WFH, maka Obed dan jajarannya berkomitmen memberikan tambahan cuti yang bisa dinikmati karyawan.

“Produktivitas menjadi tantangan tersendiri bagi industri penyedia alat kesehatan seperti kami di tengah tuntutan pemaksimalan WFH dari pemerintah.”

“Semua karyawan akhirnya kami training untuk bisa bekerja secara mandiri,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Managing Director di PT Sterindo Medika ini.

Baca juga: Pandemi Tak Jadi Kendala, Dariah Punya Cara untuk Menggerakkan Canthelan di Depok, Jawa Barat