Begini Kata Gita Gutawa Soal Revolusi Industri 4.0

408
Menurut dara kelahiran Jakarta 11 Agustus 1993 ini bakat dan kemampuan bermusiknya diasah melalui kebiasaan latihan dan lingkungan yang mendukung. Foto: Taufiq
Menurut dara kelahiran Jakarta 11 Agustus 1993 ini bakat dan kemampuan bermusiknya diasah melalui kebiasaan latihan dan lingkungan yang mendukung. Foto: Taufiq

KAGAMA.CO, SEMARANG – Aluna Sagita Gutawa atau yang akrab dipanggil Gita Gutawa menyampaikan pandangannya tentang Revolusi Industri 4.0 kaitannya dengan pembangunan manusia Indoneisa.

Penyanyi Indonesia yang menghabiskan masa kuliahnya di Inggris itu mengatakan, Revolusi Industri 4.0 tidak hanya sebatas mengadopsi teknologi untuk penyelenggaraan pendidikan.

Menurutnya, sistem pendidikan secara utuh harus ikut beradaptasi dengan perkembangan teknologi, mulai dari kurikulum, cara mengajar, sistem pengajaran, dan sebagainya.

Demikian ia sampaikan dalam Seminar Pra-Munas KAGAMA XIII di Museum Ranggawarsita Semarang, Kamis (22/8/2019).

“Intinya, bagaimana sekolah itu tersistem dengan baik,” ujar lulusan S2 London School of Economics and Political Science (LSE) itu.

Meskipun mengenakan kemeja putih dan celana kasual, Sekjend KAGAMA Ari mengawali sambutannya dengan bahasa Bali. Foto: Taufiq Hakim
Meskipun mengenakan kemeja putih dan celana kasual, Sekjend KAGAMA Ari mengawali sambutannya dengan bahasa Bali. Foto: Taufiq Hakim

Baca juga: Asmat, Panggung Budaya Indonesia di Papua

Menurut pelantun lagu Harmoni Cinta itu, di era digital ini banyak pekerjaan yang akan tergeser diganti dengan robot.

“Mari kita belajar sebanyak-banyaknya,” ujarnya.

Kelak pada 2020 banyak bermunculan profesi yang tak terduga, misalnya data analysts and scientist, AI and machine learning specialist, software and aplications developers and analysts, big data specialist, digital transformation specialist, dan sebagainya,” paparnya.

Untuk itu, ia mengajak para hadirin agar berinvestasi pada skil demi menyongsong masa depan.

“Ada yang lebih penting dari sekadar akademik, yakni skil. Misalnya kita perlu mengasah keterampilan, kreativitas, negosiasi, multitasking, kecerdasan emosi, dan sebagainya,” ungkapnya.

Baca juga: Kagama Goes to Munas Gelar Gerakan Bali Resik Sampah Plastik

Ia mencontohkan pengalaman hidupnya. Menurut dara kelahiran Jakarta 11 Agustus 1993 ini bakat dan kemampuan bermusiknya diasah melalui kebiasaan latihan dan lingkungan yang mendukung.

“Sejak kecil diajak papah ke tempat-tempat kreatif, dan akhirnya tertarik. Kreativitas itu bisa dilatih, bukan karena papahku musisi lalu aku musisi. Semua berawal dari kebiasaan dan latihan. Situasi sekitar juga sangat membantu. Sekolah-sekolah juga mengubah caraku berpikir, berdialog, dan sebagainya,” ungkapnya.

Seminar yang dihadiri 700-an peserta dari khalayak umum ini merupakan rangkaian dari Pra-MUNAS KAGAMA XIII di Bali pada 15-17 November 2019.

Seminar menghadirkan Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D. (Dekan Sekolah Vokasi UGM), Rente Listyarti (Mantan guru, Kerala sekolah, dan kini aktif sebagai Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia_KPAI), Gita Gutawa (Artis, entrepreneur yang menekuni bidang seni), dan Prof. Mahfud MD (Anggota Dewan Pengarah BPIP).

Rangkaian seminar bakal diadakan di lima kota dan lima pulau (Medan, Balikpapan, Semarang, Manado, dan Bali) selama Agustus-November, yang diakhiri dengan FGD di Yogyakarta untuk merumuskan rekomendasi hasil seminar. (Taufiq Hakim)

Baca juga: Presiden Jokowi Dijadwalkan Hadiri Munas Kagama 2019