Beda Aktivis Zaman Now dan Old

674

Sobirin menceritakan pula tentang pergeseran arah gerak apa yang disebut aktivis zaman dulu dan sekarang.  “Perbedaannya, ketika kita menyebut aktivis selalu yang menjadi rujukan adalah mereka yang bekerja di Non Government Organization (NGO). Padahal definisi aktivis bisa menjadi luas juga. Mereka yang terlibat dalam gerakan kolektif soal advokasi rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (UU KUHP), Rancangan Undang-Undang (RUU) penyiaran, advokasi hak hak sipil maupun isu ekonomi, sosial, dan budaya banyak dari mereka yang tidak terlibat di NGO. Mereka juga kadang nggak mau disebut sebagai aktivis.

Soal RUU KUHP yang ngawur juga akan berpengaruh terhadap saya tanpa saya harus bekerja di NGO. Jadi konsep atau definisi aktivis sekarang menjadi lebih luas, tidak hanya yang bekerja di NGO. Definisi aktifis jaman sekarang adalah semua orang bisa terlibat dan semua orang bisa tetap pada aktivitas ekonominya dan pekerjaan tetapnya tapi juga terlibat dalam aksi-aksi kolektif,” ucap Sobirin.

Pertanyaan menggelitik muncul “Berarti aktivis tidak hanya yang turun di jalan dan demo dong?” Sambil tertawa Sobirin menjawab, “Tidak hanya itu, tapi turun ke jalan itu asyik sih.”

Demo itu hanya salah satu metode. “Tergantung efektivitas persoalan yang akan dipecahkan. Apabila persoalan harus diekspose ke publik dengan cara aksi turun jalan dengan asumsi bahwa persoalan itu akan cepat diselesaikan ya why not,” ucapnya.

Kalau misal permasalahan lebih efektif dengan menggunakan media kampanye yang lain, tidak masalah seperti opini di sosial media. Turun ke jalan salah satu cara saja. Dari turun jalan maka akan menarik perhatian media dengan harapan pemerintah memperhatikan. Apabila pemerintah sudah perhatian maka akan terbuka ruang dialog dengan pemerintah.

Sebagai penutup dialog ini, Sobirin mengucapkan harapan persoalan hari ini tidak semakin sedikit tapi semakin banyak, dibutuhkan energi dan semangat untuk berkolaborasi antarkomunitas yang peduli. Aktivisme itu sesuatu yang menyenangkan. Aktivis memang bisa juga datang dari luar kampus, tetapi kampus saat ini menjadi inkubator. Di kampuslah orang-orang yang nantinya jadi aktivis akan dibenturkan dalam melihat berbagai persoalan. [Ashilly Achidsti]