Banyak Kekacauan Terjadi Saat PON ke-III di Medan Tahun 1953

2031

Baca juga: Wujudkan Ketahanan Energi Nasional, Pertamina dan Perusahaan Rusia Teken Kontrak Desain Kilang Minyak Tuban

Liputan tersebut diterbitkan di Majalah Gadjah Mada edisi Oktober 1953.

Majalah Gadjah Mada memuji ketersediaan makanan yang sangat baik.

Makanan yang tersedia untuk para peserta disediakan khusus guna memenuhi kebutuhan gizi.

Selain gizi, makanan tersebut juga dinilai cukup lezat.

Di pagi hari para peserta akan mendapat segelas susu, dua butir telur, dan roti.

Saat siang ada menu tambahan berupa kacang hijau.

Selain lengkap, makanan tersebut juga selalu datang tepat waktu.

Secara unum perlombaan berjalan lancar walaupun terdapat beberapa insiden di sebagian cabang olah raga.

Baca juga: Menengok Korupsi di Jawa pada Zaman Thomas Raffles Berkuasa

Banyak Kekacauan yang Terjadi

Dari pertandingan cabang bola keranjang terjadi kegaduhan karena panitia melakukan protes atas keputusan wasit.

Saat itu yang sedang bertanding adalah kontingan Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan.

Akhirnya setelah pertandingan usai, keputusan wasit yang dianggap bermasalah dianulir.

Peristiwa tersebut sedikit disayangkan oleh banyak pihak karena panitia penyelenggara justru ikut campur dalam keputusan wasit.

Kekacauan juga terjadi di cabang olahraga atletik.

Di nomor lari gawang 4000, terjadi kesalahan yang dilakukan oleh juri.

Hal ini sudah dapat diduga sebelumnya karena saat itu jumlah juri yang tersedia tak memadai.

Baca juga: Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten Timor Tengah Selatan Masih Tinggi, Mengapa?

Sempat terjadi perdebatan antara pihak peserta dengan juri akibat jarak finish para peserta yang tak terpaut jauh.

Kamera yang diletakkan di area garis finish ternyata juga tak dapat membantu banyak.

Juru foto yang bertugas, melakukan kesalahan.

Akibatnya foto yang diambil justru ketika semua peserta telah melalui garis finish.

Kejadian paling parah terjadi di cabang olah raga lari maraton 10.000 meter.

Para peserta tampak melakukan protes dan terjadi kericuhan di lapangan seusai pertandingan.

Hal itu karena para juri terlihat memberi sorakan dan dukungan kepada salah satu peserta.

Hal itu menjadikan para peserta tak lagi percaya dengan penilaian para juri.

Karena kericuhan semakin parah, pihak panitia memutuskan untuk menganulir perlombaan tersebut.

Sehingga di PON ke-III, keberadaan cabang olah raga lari 10.000 meter ditiadakan.

Hal itu tentu menimbulkan kekecawaan pada diri peserta yang telah jauh-jauh hari berlatih di daerah masing-masing. (Thovan)

Baca juga: Film Remaja Jadi Role Model dan Gambaran Masyarakat Indonesia