Arsitek Mandalika

2469
Direktur Utama PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M. Mansoer diberi target membangun Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Foto : Fajar/KAGAMA
Direktur Utama PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M. Mansoer diberi target membangun Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Foto : Fajar/KAGAMA

KAGAMA.CO, JAKARTA – Seiring dengan rancangan pengelolaan dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Nusa Tenggara Barat, Pemerintah Indonesia melalui BUMN, PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), mengembangkan Mandalika menjadi kawasan industri pariwisata seperti halnya kawasan Nusa Dua di Pulau Bali.

Abdulbar M. Mansoer, Direktur Utama ITDC, yang diberi tanggung jawab guna mewujudkan harapan itu.

Kiprahnya bersama ITDC dimulai saat dia direkrut untuk memimpin salah satu BUMN, Bali Tourism Development Corporation (BTDC), pada tahun 2015.

BTDC telah sukses mengembangkan Nusa Dua menjadi kawasan industri pariwisata.

Oleh sebab itu, BTDC diberi tugas untuk mengembangkan Mandalika yang berada di bagian Selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

“Proyek Mandalika ini sudah ada sejak 25 tahun lalu, tapi perkembangannya lambat.”

“Dalam mengembangkan Mandalika memang dibutuhkan orang yang paham mengenai infrastruktur dan manajemen pengembangan,” tutur alumnus Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada ini.

Kala bertemu KAGAMA belum lama ini di Jakarta, dia menerangkan bahwa model bisnis BTDC adalah menyewakan lahan pada investor dan sukses dijalankan ketika BTDC mengembangkan kawasan Nusa Dua.

Kawasan Nusa Dua yang seluas 350 hektare, BTDC membangun infrastruktur di lahan tersebut lalu disewakan kepada investor.

Lantas investor membangun kavling-kavling yang mereka sewa.

Namun, BTDC juga memiliki aset beberapa hotel karena ada investor yang mengajak kerja sama.

Kala diwawancarai oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, ia memaparkan visinya dalam mengembangkan kawasan pariwisata di Indonesia.

“Kalau membangun pariwisata tidak bisa hanya di Bali, industri pariwisata mesti dikembangkan secara nasional.”

“Artinya, kawasan wisata di luar Bali juga perlu dibangun.”

“Saya pun mengusulkan agar nama Bali Tourism Development Corporation (BTDC) diubah menjadi Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) atau PT Pengembangan Pariwisata Indonesia,” ungkap pria yang akrab dipanggil Bari tersebut.

Menciptakan Destinasi

Usulannya diterima dan Bari ditunjuk sebagai Direktur Utama ITDC pada Juli 2018.

Langkah pertama yang dilakukannya adalah mengganti logo perusahaan dengan logo yang menggambarkan semangat untuk mengembangkan pariwisata Indonesia.

Tagline ITDC menjadi “Creating Destination” atau “Menciptakan Destinasi”.

Ia pun fokus untuk mengembangkan kawasan Mandalika.

Selaku Dirut ITDC, dia diberi target oleh Presiden Joko Widodo membangun kawasan seluas 1.200 hektare itu selama 10 tahun.

Secara keuangan proyek Mandalika sepenuhnya didukung pemerintah.

Sementara masalah pembebasan lahan sudah diselesaikan dengan payung hukum, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 57 Tahun 2017.

“ITDC memberikan dana kerohiman sebesar Rp45 miliar kepada penduduk yang menempati lahan proyek Mandalika,” ungkap pria kelahiran Solo itu.

Masalah tanah selesai, ITDC bergerak membangun Mandalika dengan modal Rp250 miliar.

Ada tujuh investor yang sudah masuk, tujuh hotel plus satu yang super yakni Vinci Constructions, salah satu perusahaan kontraktor terbesar di dunia.

Perusahaan asal Prancis ini juga terkenal menjadi operator jalan tol dan bandar udara.

Vinci siap berinvestasi sebesar Rp14 triliun selama 10 tahun.

Mereka menyewa kawasan seluas 140 hektare dan dalam kawasan itu, mereka berencana membangun sirkuit balap bertaraf internasional yang bisa digunakan untuk lomba Moto GP.

Tanpa banyak bersuara, ITDC pun telah menandatangani kontrak dengan Dorna Sports (penyelenggara MotoGP) pada 28 Januari 2019 di Madrid, Spanyol, untuk menyelenggarakan MotoGP musim 2021 hingga 2026.

Rencananya akan dibangun Mandalika Street Race Circuit Cluster seluas 120 hektare yang terdiri dari sirkuit salap skala internasional, convention center dan tujuh hotel mewah.

Istimewanya, jalan arena sirkuit juga bisa dibuka sebagai jalan raya umum.

Konsepnya seperti di Nusa Dua, nanti di sisi kiri kanan jalan ada hotel-hotel.

Dari bisnis ini, ITDC akan memperoleh pendapatan dari hasil sewa lahan, service charge, revenue sharing, dan mendapat opsi untuk membeli saham perusahaan yang berinvestasi.

Selain Mandalika, ITDC juga dihimbau untuk ikut mengembangkan kawasan lainnya yang termasuk dalam 10 destinasi prioritas yaitu Danau Toba, Tanjung Payang, Tanjung Lesung, Pulau Seribu, Kota Tua, Borobudur, Bromo, Wakatobi, Morotai, dan Labuan Bajo.

“Namun, kami masih fokus di Mandalika.”

“Selain itu, kami juga fokus untuk memperbaiki Nusa Dua,”

“Ke depan, ITDC akan membantu mengembangkan kawasan Bromo.”

“Kami akan membantu mencari investor untuk membangun infrastruktur di Bromo,” pungkas Bari. (Jos)