Apa Kata Guru Besar Farmasi UGM soal Pemakaian Obat Remdesivir pada Pasien Covid-19?

639

Baca juga: Startup Jadi Pilihan Fathin Naufal untuk Bantu Masyarakat Terdampak Covid-19

Senyawa itu adalah nukleosida adenosin. Adenosin adalah kombinasi dari adenin dengan suatu gula.

“Remdesivir mirip sekali dengan adenosin dengan sedikit perubahan struktur,” kata Zullies dalam Sapa Indonesia Akhir Pekan di Kompas TV, Sabtu (3/10/2020).

“Dengan begitu, obat ini bisa menyusup di rantai RNA. Sehingga, ia kemudian bisa menghambat aktivitas enzim bernama RNA-dependent RNA polymerase.”

“Dengan begitu, replikasi virus akan terhambat,” terang perempuan yang meraih gelar apoteker dari Fakultas Farmasi UGM pada 1993 tersebut.

Penggunaan remdesivir tidak boleh sembarangan. Menurut Zullies, obat ini hanya boleh digunakan pada usia remaja dan dewasa (di atas 12 tahun).

Baca juga: Ganjar Dorong Para Akademisi Muda Ikut Memecahkan Persoalan Kemiskinan di Desa

Orang yang mengonsumsinya juga harus punya berat minimal 40 kg dengan tingkat keparahan Covid-19 berat. Syarat lain adalah, pasien tidak punya gangguan liver dan ginjal.

Di sisi lain, remdesivir saat ini tengah melalui tahap uji klinik, dan terus dipantau khasiat dan keamanannya melalui kegiatan farmakovigilans.

Apabila ditemukan laporan kejadian tak diinginkan atau efek samping, maka EUA obat ini bisa dicabut.

Zullies mengatakan, penemuan obat memang terus berjalan. Hanya, yang tak boleh dilupakan saat ini adalah pencegahan.

“Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Saya sarankan untuk mematuhi protokol kesehatan. Itu yang utama,” tegas Zullies.

Baca juga: Terobosan Ketua KAGAMA Kediri tentang Permasalahan Hunian Keluarga