Antropolog UGM: Wabah Corona adalah Jendela Pembuka Masalah Sistem Sosial di Indonesia

5981

Baca juga: Walikota Pariaman Alumnus UGM Blusukan ke Warung dan Kedai Kopi, Tertibkan PSBB

Rasa percaya, kata Pujo, bisa tumbuh dalam sistem sosial yang mapan. Yaitu ketika orang yang mengabaikan kewajiban akan menerima sanksi kolektif.

Rasa percaya ini menjadi hal yang menurut Pujo tengah diuji saat corona mewabah.

“Pada keadaan ketika individu warga masyarakat dianggap tidak berkontribusi positif, ia akan dikeluarkan dari sistem resiprositas dan tidak diberi tempat di dalam masyarakat,” ujarnya.

Alumnus Antropologi UGM angkatan 1985 ini lalu memberi satu contoh kasus yang baru-baru ini terjadi di masayarakat.

Yaitu saat ada perantau dari Jakarta yang pulang ke kampung halamannya di tengah wabah Covid-19 melanda.

Baca juga: KBRI Beijing Jadi Perantara Diskusi Antara Dokter Indonesia dan Tiongkok soal Covid-19

Kata Pujo, perantau itu bisa jadi tidak akan diberi tempat dan dikeluarkan dari komunitas.

Pasalnya, lanjut Pujo, si perantau itu dianggap warga kampung tidak berkontribusi positif, melainkan negatif.

Warga khawatir si perantau membawa bibit penyakit yang bisa disebarkan ke kampung.

Sementara Pemerintah sudah memberlakukan larangan pulang kampung.

Contoh lain yang ditunjukkan Pujo adalah warga yang memblokade jalan dengan bagi orang asing. Yakni dengan menggunakan spanduk bertuliskan kalimat ancaman.

Baca juga: Gojlokan dari 2 Profesor FIB UGM yang Membuat WS Rendra Melegenda