Angkutan Jalur Laut Lebih Tangguh Hadapi Krisis

510

Baca juga: KAGAMA Jepara Gagas Program Sejuta Canthelan Bersama Karang Taruna

Seperti kargo untuk udara, sebelum PM 25/2020 tentang PSBB, ada 13 juta kg logistik yang berangkat maupun tiba.

Namun, setelah adanya PM 25/2020, jumlah logistik turun drastis hingga 75 persen.

Pihaknya juga sudah melonggarkan kebijakan, dengan memperolehkan pesawat khusus penumpang untuk dimanfaatkan sebagai pengangkut barang. Namun, ternyata kebijakan ini tidak banyak berpengaruh.

Sedangkan di jalur laut, Cris mencontohkan di Pelabuhan Tanjung Priok. Pada awal Covid-19 mewabah di Indonesia tepatnya pada bulan Maret, justru meningkat.

Pria kelahiran 1969 itu mengatakan, dibanding jalur darat, jalur laut lebih tangguh menghadapi masa krisis.

Baca juga: Tiga Jebolan FKG UGM Jadi Pimpinan Lembaga Kedokteran Gigi TNI AL RE Martadinata

“Pada bulan April memang agak menurun, tetapi itu bukan karena Covid-19, melainkan karena persiapan hari lebaran.”

“Banyak orang tidak berangkat ke pabrik dan kebutuhan masyarakat akan barang industri juga berkurang,” ungkap alumnus Magister Manajemen UGM angkatan 2000 ini.

Kemudian di jalur darat, kereta api terdampak signifikan. Pada bulan Januari turun hingga 15 persen, tetapi sempat naik 20 persen di bulan Februari.

Namun, akhirnya kembali turun jauh, bahkan sampai 49 persen pada bulan April, belum ada peningkatan yang siginifikan di bulan berikutnya.

Kementerian Perhubungan sudah mengoperasikan Kereta Luar Biasa (KLB), tetapi strategi ini juga tak bisa mendongkrak, karena jumlah penumpang juga menurun selama pandemi.

Baca juga: Manfaatkan Hama Tanaman untuk Mendapat Penghasilan Tambahan