Ahmad Agus Setiawan: Pembangunan Harus Mulai Memperhatikan Energi Terbarukan

749

Selain memiliki keinginan untuk menjadi industrial giant, kemajuan Korea yang saat itu masih terbagi menjadi Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) juga dipicu oleh adanya momentum. Apabila Korut mengembangkan sesuatu, maka Korsel pun tak mau kalah dan ikut mengembangkan sektor serupa.

Meskipun memiliki tujuan pengembangan sains dan teknologi (saintek) yang berbeda, persaingan di antara keduanya telah memicu kemajuan yang sangat pesat. Hal serupa pun terjadi pada India dan Pakistan, mereka juga saling bersaing dalam aspek pengembangan Saintek.

“Indonesia rupanya terlalu aman untuk saling bersaing dalam aspek Saintek. Namun, kita harus sadar bahwa negara ini telah berada dalam kondisi yang krisis energi,” terang Agus.

Kesadaran tersebut harus didukung dengan arah pembangunan negara yang menjadikan Saintek sebagai “panglima”, serta memperhatikan isu global. Oleh karena itu, pemimpin harus berani mengambil keputusan dan memperhatikan apakah pembangunan negara dapat dilakukan manakala kebutuhan energi tidak dapat tercukupi.

Menurut Agus, pembangunan harus mulai memperhatikan energi terbarukan yang sifatnya disruptif terhadap energi konvensional seperti batu bara dan minyak bumi. Bahkan, Australia yang tidak potensial untuk ramah lingkungan—karena sebagian besar SDA-nya berasal dari pertambangan—pun mampu melampaui target 20 persen energi terbarukan.

Sekelas perusahaan minyak seperti Chevron dan Shell juga mulai memperhatikan energi terbarukan. Demikian pula dengan perusahaan Facebook dan Google yang menginvestasikan kantor pusatnya dengan energi terbarukan agar ramah lingkungan.

Meskipun mulai banyak diperhatikan di dunia internasional, energi terbarukan masih memiliki banyak tantangan. Energi ini masih dianggap belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan. Namun, hal ini pun sebenarnya hampir sama dengan energi konvensional yang mengalami evolusi panjang, agar dengan sepenuhnya diterima dan digunakan dalam masyarakat luas.

Energi terbarukan ini masih baru dan belum mendapatkan banyak perhatian di Indonesia, sedangkan energi konvensional telah banyak diterima dan diberi subsidi dari pemerintah.

“Kalau di luar sana telah mulai menggunakan energi terbarukan, maka kita harus mengikutinya dan memperjuangkannya pada kebijakan pemerintah,” pungkas Agus.(Tita)