KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Menurut penelitian dari Central Connecticut State University, AS, Indonesia menempati urutan 60 dari 61 negara, dalam hal ketertarikan membaca pada 2016.
Indonesia berada satu setrip di bawah Thailand dan satu tingkat di atas Botswana.
Sedangkan laporan dari organisasi antarpemerintah otonom yang berbasis di Prancis, IEA, menyatakan bahwa kemampuan membaca (literasi) anak-anak sekolah dasar di Indonesia juga rendah.
Dari 31 negara yang diteliti, Indonesia nangkring di posisi ke-30.
Widyaning Hapsari dkk., mengutip pakar, pun melakukan survei kepada 34 ibu di empat Posyandu di Surakarta.
Hasilnya, sebagian besar anak belum menunjukkan perkembangan kemampuan literasi sesuai harapan.
Jika hal tersebut dibiarkan, anak berpotensi mengalami kesulitan beradaptasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Baca juga: Mendengar Istilah Unik dalam Bahasa Jawa yang Timbul karena Gerakan Kepala
Demikian halnya dengan para pengajar yang mendidik si anak di sekolah.
Widyaning, mengutip pakar, menduga kurangnya rangsangan (stimulasi) membaca dari orang tua jadi penyebab anak kurang melek literasi.
Selain itu, metode konvensional dengan menghafal alfabet dan menirukan cara ucapnya tidak mampu mengakomodasi berbagai karakteristik anak.
Padahal, salah seorang pakar menyatakan, meningkatkan pengalaman literasi anak pada usia prasekolah, dapat membentuk fondasi yang kuat dalam perkembangan membaca.
Pengajaran kepada anak juga mesti menyenangan.
Sebab, pakar lain menyebut pengajaran tanpa menggunakan media atau metode bermain kurang dapat mengoptimalkan fungsi psikis, fisik, dan sensoris anak.
Untuk itu, Widyaning melakukan uji efektivitas program stimulasi dalam meningkatkan literasi awal pada anak prasekolah.
Baca juga: Kepala Museum Biologi UGM Ini, Berkali-kali Trauma pada Ular
