Ade Siti Barokah Bercerita soal Problem yang Dihadapinya saat Dampingi Kelompok Marjinal

973
Program Officer The Asia Foundation, Ade Siti Barokah, bercerita tentang dampak pandemi yang dialami oleh kelompok marjinal. Foto: Ist
Program Officer The Asia Foundation, Ade Siti Barokah, bercerita tentang dampak pandemi yang dialami oleh kelompok marjinal. Foto: Ist

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Untuk saat ini, tidak ada definisi khusus yang menjelaskan siapa saja tergolong dalam kelompok marjinal.

Namun, dalam pandangan Ade Siti Barokah, kurang lebih mereka adalah kelompok masyarakat yang karena status sosial, ekonomi, politik, perbedaan fisik, perbedaan gender, mengalami hambatan.

Dalam hal ini hambatan ketika berusaha mendapatkan layanan atau sumber-sumber penghidupan.

“Ada stigma yang menempel kepada mereka. Seperti ketidakmampuan, terbelakang, bodoh, yang terus mereka panggul,” kata Ade, dalam Pidato Dies dan Diskusi Reflektif FISIPOL UGM, belum lama ini.

“Sehingga, mereka tidak punya kesempatan berpartisipasi dan mengakses layanan dari Pemerintah,” terang Program Officer Lembaga Swadaya Masyarakat The Asia Foundation.

Baca juga: Pelantikan Pengurus Sambil Kumpul Main Foto yang Gayeng ala KAGAMA NL

Ade mengatakan, ada sembilan jenis kelompok marjinal yang dia tangani bersama tim The Asian Foundation.

Yaitu: difabel, masyarakat adat, penganut agama lokal/penghayat, penganut agama minoritas, serta korban pelanggaran HAM berat masa lalu.

Kemudian, transpuan/waria, anak pekerja migran, anak yang dilacurkan, dan anak yang berhadapan dengan hukum karena kelalaian orang dewasa.

Kelompok-kelompok tersebut menurut Ade perlu mendapat pendampingan khusus karena terkucilkan secara sosial maupun ekonomi.

Hanya, pendampingan itu mesti menghadapi kendali tatkala pandemi Covid-19 tiba di Indonesia sejak Maret lalu.

Baca juga: Pakar Virologi UGM: Indonesia Jangan Terges-gesa Mengedarkan Vaksin