Ada Skincare di Tengah Stan Jamu Festival Obat dan Pengobatan UGM

573

Baca juga: Kunci Kesehatan Tanpa Obat dan Alat

Sebab, Wulan memandang generasi milenial mungkin saja tidak tahan dengan aroma menyengat dari jamu.

Lulusan Arsitektur UGM tahun 2004 ini menyebut bahwa produksi Akuna awalnya dari Yogyakarta.

Namun, Akuna kini juga diproduksi Kledokan (Sleman), dan Pulo Gadung (Jakarta).

Wulan menuturkan, Akuna memiliki 84 varian produk yang dibuat berdasarkan pesanan (artisan) dan memang tidak dirancang untuk industri.

Ada maksud menarik di balik hal tersebut.

“Seluruh produk kami diproduksi melalui sentuhan tangan beserta doa dan harapan yang baik. Itu berbeda dengan pabrikan,” tutur Wulan.

“Bahkan ibu-ibu (pegawai) yang membantu kami membuat produk tidak kami izinkan bekerja ketika mereka sedang bad mood,” ujarnya menerangkan.

Salah satu stan pameran dari lulusan Arsitektur UGM mencuri perhatian dalam Festival Obat dan Pengobatan Tradisional UGM. Foto: Tsalis
Salah satu stan pameran dari lulusan Arsitektur UGM mencuri perhatian dalam Festival Obat dan Pengobatan Tradisional UGM. Foto: Tsalis

Baca juga: Tak Hanya Corak Yogyakarta yang Dipamerkan dalam Festival Batik DWP UGM

Wulan pun percaya, suasana hati ibu-ibu yang tengah buruk bisa menyebabkan produknya cepat tengik.

Dia yakin bahwa bahan-bahan utama produknya, seperti minyak kemiri dan minyak pala,  memiliki kedekatan aura energi dengan sang pembuat.

“Kalau bete apalagi bikinnya sambil ngomel, awet sabun tidak akan bertahan lama. Sekalipun jadi bentuk sabun akan kisut, wanginya tidak pas, atau ada mringkel (teksur kasar-red),” ucap Wulan.

Alhasil, Wulan hanya membolehkan ibu-ibu bagian produksi yang sedang bad mood untuk membantu pengemasan.

Di sisi lain, Wulan menjelaskan bahwa inti dari Akuna adalah pemberdayaan masyarakat (empeworing).

Dari empeworing maka muncul bisnis, tidak terbalik. Istilahnya kami adalah keran, yang ketika air mengucur pasti melalui kami terlebih dahulu,” ucap Wulan.

Salah satu pemberdayaan masyarakat yang berhasil dilakukan Wulan dan tim terdapat di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: Warga Sumbawa Belum Tertarik Pakai Alat Kontrasepsi

Dia dan tim mengaku memiliki 200 ibu-ibu binaan melalui program “Kelas Akuna”.

Para murid binaan diberikan pelajaran untuk membuat perawatan tubuh alami.

“Kami mengajari mulai dari bagaimana membuat produknya, mengemasnya, hingga menjualnya,” terang Wulan.

“Kalau mereka ingin menjadikan produk itu ke tataran industri, kami juga akan mengarahkan bagimana untuk mendapatkan sertifikasi dari BPOM,” katanya menjelaskan.

Wanita asal Yogyakarta ini pun menyebut ibu-ibu di Labuan Bajo sudah memiliki omzet yang lumayan.

Bahkan, lanjut Wulan, sekarang mereka sudah mampu menjual produknya untuk menyuplai kebutuhan hotel setempat.

“Kami senang dengan pencapaian mereka. Nah, Akuna memperoleh pendapatan dari omzet penjualan mereka berdasarkan sharing fee. Namun, bisnis utamanya adalah kami mengajari mereka untuk hidup lebih sejahtera,” katanya.

Akuna, yang dipasarkan secara daring (online), telah memperoleh penghargaan sebagai  15 Kosmetik Start-up Terbaik di Indonesia dari Kementerian Perindustrian (2019).

Sebelumnya, Akuna juga menjadi 30 produk terbaik dalam Tokopedia Makerfestival (2018). (Tsalis)

Baca juga: Gitar Batik Karya Alumnus Arsitektur UGM Ini Telah Mendunia