Ada Ledakan Informasi dan Audiens yang Terpecah dalam Situasi Pandemi Covid-19

239
Situasi infodemiks ini terkadang lebih mengerikan dibanding virus yang mewabah. Foto: ANTARA
Situasi infodemiks ini terkadang lebih mengerikan dibanding virus yang mewabah. Foto: ANTARA

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Masyarakat sedang mengalami ketidakpastian sebab informasi Covid-19 belum sepenuhnya dipahami.

Di saat yang sama, Indonesia juga menghadapi situasi infodemiks.

Dalam hal ini kita dihadapkan pada jumlah informasi yang luar biasa membombardir masyarakat, sehingga justru sulit untuk diidentifikasi kebenarannya maupun potensi tawaran solutif yang dikembangkan.

Menurut Dosen Ilmu Komunikasi UGM, Prof. Hermin Indah Wahyuni, terkadang ini lebih mengerikan dibanding virus tersebut.

Setiap kata bisa bermakna ganda. Di samping framing berita yang provokatif, masyarakat mempunyai karakter berkomunikasi yang ekspresif pada banyak hal, sehingga tidak heran sering muncul perdebatan.

Baca juga: Defisit Kredibilitas dan Kepercayaan, Begini Problem Komunikasi Publik Terkait Covid-19

Dalam komunikasi publik, media sosial juga berperan penting, terutama dalam hal menjaga logika publik.

“Namun, media sosial sangat terbuka dengan keragaman informasi yang kurang akurat, termasuk berbagai perspektif analisis yang sangat terbuka,” ujarnya dalam jumpa pers daring, pada Selasa (07/04/2020).

Sementara itu, media publik dinilai kurang begitu kuat memberikan warna pada pembingkaian informasi Covid-19 yang disebarkan.

Senada dengan Hermin, Dosen Ilmu Komunikasi UGM, Dr. Kuskridho Ambardi menyebutkan, masyarakat sedang berada di era digital dengan audiens yang terpecah-pecah.

Tetapi, saat ini masyarakat kembali di zaman TVRI masih berjaya (sebelum ada televisi swasta) yang memiliki audiens nasional lagi.

Baca juga: Pemerintah Perlu Pahami Karakter Komunikasi Publik dalam Situasi Pandemi Covid-19