44 Tahun Mengabdi, Mohtar Mas’oed Selalu Jadi Teladan Bagi Orang Terdekat

2375

Baca juga: Suka Meneliti, Aurelia Virgita Jadi Lulusan Terbaik Magister Psikologi UGM

Mohtar kemudian diterima di jurusan Ilmu HI pada 1970.

“Jadi nggak jelas kalau ditanya cita-citanya. Begitu keluar dari desa itu, pikirannya hanya pengen ke luar negeri aja,” jelas dosen sekaligus pengamat militer itu.

Pria yang pernah menjabat sebagai Dewan Penasehat Inter-NGO Conference on IGGI Matters (INGI) pada 1980 itu, memiliki pandangan tersendiri tentang pendidikan.

“Pendidikan itu bukan membuat orang menjadi pintar, tetapi membuat orang yang ingin pintar menjadi pintar. Jadi, pendidikan itu facilitating, kalau yang dididik tidak mau berubah ya tidak akan berubah,” ujar Mohtar.

Melamar Perempuan Sebelum Jadi Sarjana

Pria asal Malang, Jawa Timur itu semasa kuliahnya sudah menggali pengalaman sebagai asisten peneliti di jurusannya pada 1973.

Salah satu yang paling unik dari perjalanan hidup Mohtar, sebelum resmi menjadi sarjana dia dengan berani melamar Suwarni Angesti Rahayu (Yayuk) untuk menjadi istrinya, mereka akhirnya menikah pada 1974.

Mohtar kemudian meraih gelar sarjananya pada 1975 dan tak lama setelah itu menjadi dosen tetap di FISIPOL UGM.

Baca juga: Tutik Sriani Kembangkan Alat Filter Air Hemat Energi

Tak Terduga, Galak, dan Suka Bercanda

Mohtar telah menorehkan banyak prestasi dalam bentuk penelitian, pengabdian masyarakat, kegiatan sosial, usulan kebijakan, dan gerakan kebangsaan.

‘Galak, tidak terduga, wise, menginspirasi, suka guyon’ merupakan beberapa kata yang dilontarkan mahasiswa untuk sosok Mohtar melalui tagar #MohtaRefire di media sosial.

Dalam acara tersebut telah hadir orang-orang terekat Mohtar di antaranya anak perempuan Mohtar Luki Aulia Mohtar, Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni, dan Penelitian Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, M.P.P, M.Sc., dan Penulis, Pengamat Militer, sekaligus Kritikus Film, Salim Said.

Ketiganya masing-masing memberikan satu kata yang menggambarkan Mohtar yakni, baik, teladan, dan sebagai ensiklopedia.

“26 tahun Saya mengenal Pak Mohtar. Bisa dibilang perjalanan hidup Saya sangat terpengaruh oleh beliau, baik Saya sebagai kolega atau akademisi maupun manusia biasa,” Ungkap mahasiswa sekaligus kolega Mohtar itu.

Poppy merasa senang ketika dia kembali dari Amerika, mata kuliah Ekonomi Politik Internasional yang dibawa Mohtar tetap ada.

”Kalau Inggris punya Susan Strange, di Indonesia kita punya Mohtar Mas’oed,” ujar Poppy.

Baca juga: Tak Mampu Kendalikan Stres Picu Tindakan Bunuh Diri