Psikolog UGM Jelaskan Penyebab Anarkisme Suporter Bola

531

Tak Hanya Suporter Bola

Saat bersama dengan massa, terlebih ditambah dengan adanya atribut yang menggambarkan seseorang itu menjadi bagian dari kelompok massa tersebut dikatakan Koentjoro menjadikan seseorang berani melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan saat sendiri.

Tak hanya pada suporter bola, hal itu juga terjadi pada kerumunan massa lainnya seperti kampanye maupun demo.

“Misalnya saja di tengah demo atau kampanye ada pemimpin yang meneriakkan kata-kata dan melakukan gerakan tertentu secara tidak sengaja atau tak disadari akan tertular.”

Baca juga: Tekan Stunting, UGM dan Danone Luncurkan Buku Seri Cegah Stunting

“Orang seringkali kehilangan kesadaran saat sudah berkumpul karena terhipnotis lingkungan,” papar Koentjoro.

Guna mencegah kericuhan massa, ia menyebutkan pentingnya upaya pengendalian masa.

Pengengendalian massa bisa dilakukan memecah massa dalam kelompok-kelompok lebih kecil agar jiwa massa tidak terlalu solid.

Baca juga: Bintangnya Ikon Wirausaha Indonesia dari Yogyakarta

“Penting memecah massa agar massa tidak terkonsentrasi menjadi satu,”

Ia mengatakan aparat keamanan dapat membuat pengaturan waktu kepulangan suporter dalam beberapa kloter.

Selain mengatur rute untuk memecah kerumunan.

“Kalau jiwa sudah dikendalikan massa itu kan susah apalagi kalau ada penyusup dengan tujuan tertentu seperti adu domba atau pun buat konten biar viral.”

Baca juga: G2R Tetrapreneur Gelar Ekspose Industri Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur 2022

“Ini kan mengerikan jadi untuk mencegah kericuhan perlu memecah konsetrasi massa baik lewat pengaturan waktu ataupun rute,”pungkasnya. (Ika)