Ini Kisah Giri Mahasiswa Disabilitas Netra yang Sukses Lulus Sarjana di UGM

1418
Giri Trisno Putra Sambada (25) merupakan disabilitas netra mampu membuktikan keterbatasan fisik tak menjadi hambatan untuk menorehkan prestasi. Foto: Humas UGM
Giri Trisno Putra Sambada (25) merupakan disabilitas netra mampu membuktikan keterbatasan fisik tak menjadi hambatan untuk menorehkan prestasi. Foto: Humas UGM

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Giri Trisno Putra Sambada (25) begitu bahagia sekaligus bangga berhasil menyandang gelar Sarjana Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Giri yang merupakan disabilitas netra mampu membuktikan keterbatasan fisik tak menjadi hambatan untuk menorehkan prestasi.

Hari Rabu (23/2/2022) merupakan hari bersejarah baginya.

Sebab di hari itu ia berhasil diwisuda dengan Indeks Prestasi 3,43 atau sangat memuaskan dari Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM.

Tak hanya itu, momen wisuda juga menjadi kado ulang tahun bagi ayah tercintanya yang berulang tahun tepat di hari itu.

Giri Trisno Putra Sambada berbagi momen bahagia bersama keluarga tercinta. Foto: Humas UGM
Giri Trisno Putra Sambada berbagi momen bahagia bersama keluarga tercinta. Foto: Humas UGM

Perjalanan Giri untuk meraih gelar sarjana memang tidak mudah.

Awalnya dia merupakan remaja yang normal seperti anak-anak lainnya.

Namun ia mulai kehilangan pengelihataan saat berada saat berada di bangku kuliah pada tahun 2015 silam.

“Saat masuk UGM masih bisa melihat hingga semester dua Allah mengambil pengelihatan saya secara total.”

“Seolah runtuh semua cita-cita, hilang semua harapan, seperti tak mungkin lagi menjadi apa-apa.”

“Namun dengan motivasi dan tekad yang tinggi serta keterbukaan UGM melayani pendidikan yang inklusif di hari ini saya bisa berada di wisuda ini bersama teman-teman,” papar Giri yang terpilih menjadi wakil wisudawan untuk memberikan kata sambutan di hadapan seluruh wisudawan dan pimpinan universitas.

Giri merupakan putra pertama pasangan Sutrisno (55) dan Ngersi Suprihatin (45) yang tinggal di Minggiran MJII/1197, Matrijeron, Yogyakarta.

Kedua orang tuanya sehari-hari berjualan soto di daerah Tamanan, Bantul.

Sebelumnya sang ayah sempat memiliki usaha event organizer namun karena kondisi kesehatan mengidap diabetes dan jantung koroner memaksanya berhenti menjalankan usaha tersebut dan memilih membantu isterinya berjualan soto.

Sementara sang adik, Avitrsina, saat ini tengah menempuh pendidikan sarjana masuk semester empat di salah satu perguruan tinggi swasta Yogyakarta.

Baca juga: Sempat Panik Jelang Ujian, Dean Jadi Lulusan Terbaik FKG UGM