YPHI Ubah Mindset dan Ajak Masyarakat untuk Memuliakan Hutan Tanpa Kecurangan

183
Saat ini laju deforestrasi di Indonesia sudah dapat ditekan sampai di bawah 600 hektare setahun dengan kerja keras. Foto: Instagram anwar_tomo11
Saat ini laju deforestrasi di Indonesia sudah dapat ditekan sampai di bawah 600 hektare setahun dengan kerja keras. Foto: Instagram anwar_tomo11

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Tanggal 22 Februari 2022 yang jatuh hari Selasa Wage dan dijadikan hari bersejarah dilasanakannya Deklarasi Peduli Hutan serta dimulainya gerakan penanaman pohon jadi nasional oleh Yayasan Peduli Hutan (YPHI) di Gunung Kidul rupanya bagi warga Yogyakarta memiliki nilai sakral tersendiri.

Hari Selasa Wage adalah hari lahirnya Sri Sultan Hamengkubuwono X, Raja Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat yang bertahta saat ini.

Selain itu Deklarasi Gunung Kidul 22222 juga memiliki makna perubahan moral bangsa, teristimewa dalam memperlakukan hutan, yakni memuliakan hutan dengan hati bersih tanpa kecurangan atau preserving the forest whole-heartedly without cheating, dari sikap yang dianggap sebaliknya, yakni abai pada masa lampau dan saling menyalahkan.

“Masyarakat mengenali bahwa kecurangan sampai tindak keserakahan dan korupsi jelas dirasakan sebagai penyebab rusaknya sekitar 70 juta hutan perawan kita,” ujar Ketua YPHI Dr. Transtoto Handadhari.

Baca juga: Ternyata Paparan Sinar Matahari Pengaruhi Suasana Hati

Dia mengaku sedih dengan terjadinya degradasi hutan dan deforestasi yang dalam puncaknya pernah seakan “dibiarkan” terjadi mencapai luas rata-rata 1,87 juta hektare setahun (1985-1997).

Bahkan sempat terjadi deforestasi rata-rata 3,51 juta hektare dalam setahun (1997-2000).

Saat ini laju deforestrasi sudah dapat ditekan sampai di bawah 600 hektare setahun dengan kerja keras.

Meski ada faktor yang membantu seperti kayu yang mulai langka, hujan deras yang meredam kebakaran hutan, serta harga kayu yang rendah.

“Perubahan mindset yang menjadi tekad bersama masyarakat diharapkan terwujud dan mampu mempercepat kembalinya kejayaan hutan Indonesia,” pungkas Transtoto optimistis. (*)