Rekam Jejak Ali Ghufron Mukti, Sang “Doktor” Asuransi Jaminan Kesehatan

1968
Menyandang profesi sebagai dokter, ternyata Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D mengaku tidak sabaran dalam menangani pasien. Foto: Tim Komunikasi Publik Satgas Nasional
Menyandang profesi sebagai dokter, ternyata Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D mengaku tidak sabaran dalam menangani pasien. Foto: Tim Komunikasi Publik Satgas Nasional

KAGAMA.CO, JAKARTA – Menyandang profesi sebagai dokter, ternyata Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D mengaku tidak sabaran dalam menangani pasien.

Pengakuan tersebut ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan Obsession Media Group, beberapa waktu lalu.

Alumnus Fakultas Kedokteran UGM angkatan 1982 itu berkisah, dirinya merasa tidak sabar ketika harus menangani dan menolong pasien satu per satu.

Ghufron lebih senang jika dapat berbuat lebih banyak di bidang kesehatan, baik menjadi pembuat kebijakan atau paling tidak memberikan pelayanan yang lebih luas.

“Tidak hanya melayani masyarakat satu per satu, tetapi melayani masyarakat yang lebih luas,” ujar pria kelahiran Blitar ini.

Cita-citanya untuk dapat memberikan pelayanan masyarakat dalam skala luas akhirnya mulai ia rintis.

Persisnya pada tahun 2000-an saat Ghufron menapaki karier dalam manajemen program studi di Fakultas Kedokteran (FKKMK).

Baca juga: KAGAMA Aceh Siapkan Rumah Singgah untuk Penderita Bibir Sumbing

Kala itu, Ghufron bersama tim merintis Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi/Jaminan Kesehatan (sekarang di Health Policy and Management/HPM).

Program tersebut disiapkan Ghufron dan tim untuk menciptakan pemimpin yang kompeten dalam pembiayaan dan manajemen asuransi kesehatan.

Lulusan disiaplam untuk mengelola perusahaan besar, rumah sakit, dinas kesehatan atau lembaga pemerintah lainnya.

“Salah satu mahasiswa kami dulu juga menjadi Dirut PT Askes. Ada juga beberapa yang menjadi petinggi PT Askes,” ujar penyuka olahraga tenis ini.

Selain mendirikan Minat Prodi, pihaknya juga mendirikan Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan dan Manajemen Asuransi di Fakultas.

Mimpinya kala itu, kata Ghufron, pusat penelitian tersebut menjadi center of excellence dan trend setter dalam pengembangan sistem, kebijakan dan implementasi pembiayaan dan asuransi kesehatan di Indonesia.

“Kalau ada masalah di ASEAN terkait dengan asuransi jaminan kesehatan, itu merujuk pada kami.”

Baca juga: Cerita Perupa Alumnus Filsafat UGM, Lukisannya Dibeli Menteri BUMN Erick Thohir Rp50 Juta