Niken Satuti: Paling Kepenak Dadi Wong Bejo

881

Baca juga: KATGAMA Keliling Daerah Bantu Penanganan Covid-19 dan Percepat Vaksinasi

Selalu Bejo

Lulus tahun 1990, Niken langsung ditawari Suryo, dosen senior Fakultas Biologi untuk bekerja sebagai dosen di almamaternya.

Ia mengaku tidak tahu pasti alasan mengapa Suryo memintanya menjadi dosen. Seingat Niken, ia bukan termasuk mahasiswa cerdas.

Jika IPK dijadikan acuan kecerdasan, maka IPKnya tidak bisa dinggap gemilang, sebab ia hanya mendapat nilai 2,9 di akhir kuliah.

Akan tetapi, Suryo tetap bersikeras. Ia dan seorang temannya, Tuti, diminta sang senior bekerja sebagai dosen Ilmu Genetika.

“Saya sesungguhnya gak tahu alasan Pak Suryo meminta saya menjadi dosen. Saya waktu itu belum sempat kerja tapi langsung ditawari, lantas tes dan diterima.”

“Beliau memang sempat bilang pokoke dosene perempuan. Tapi saya gak tahu beliau bercanda atau serius. Faktanya memang yang diterima menjadi dosen seperti saya dan Bu Tuti memang perempuan,” tutur Niken.

Nasib menjadi dosen, diringkas Niken dalam sebuah kata: keberuntungan.

Baca juga: Benarkah Rumah Sakit Mengcovidkan Pasien? Berikut Pandangan Ketua KAGAMA Manado

Di mata Niken hidupnya memang selalu dipenuhi keberuntungan. Sejak ia menjadi dosen hal-hal baik selalu datang padanya tanpa melalui proses yang ribet.

Saat ingin masuk menjadi dosen, Niken tak bersusah payah menjalani screening laiknya CPNS lainnya pada masa Orde Baru.

Begitu pula nasibnya saat menempuh studi master dan doktoral di Jepang.

Proses studinya di negeri Sakura ternyata tidak ribet. Di saat orang lain harus menjalani tes tertulis untuk mendapat beasiswa S2 di Jepang, Niken tak perlu melalaui proses tersebut.

Pun saat ingin melanjutkan S3, dosennya langsung menawarinya beasiswa sebelum ia menyelesaikan tesis.

“Saya ini memang benar-benar bejo. Wis paling kepenak ki dadi wong bejo (paling enak jadi orang yang beruntung). Saya bilang ke anak-anak saya, jadilah orang yang bejo,” ujar Niken diiringi tawa.

Baca juga: Ternyata Menggambar Bisa Atasi Kecemasan Akibat Covid-19

Bersama Paguyuban Orang Tua Penderita Talasemia

Di sela-sela kesibukannya mengajar dan meneliti, Niken masih menyempatkan diri bergabung bersama Paguyuban Orang Tua dari Anak-Anak Penderita Talasemia.

Di sana, Niken mencoba mensosialisasikan bagaimana penyakit talasemia ditularkan secara genetik.

Selain bergabung di sana, Niken juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia.

Dengan jabatan yang ia emban sejak tahun 2016 ini, Niken ingin menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan bagi para sivitas Fakultas Biologi UGM.

Oleh sebab itu, ia selalu melakukan pendekatan personal ke tiap pribadi atau unit di fakultasnya.

Menurut Niken, pendekatan tersebut akan membuat lebih nyaman dan bahagia saat bekerja.

“Bekerja itu harus dengan nyaman dan bahagia,” pungkas Niken. (Vn/-Th)

Baca juga: Edhie Purnawan: Salah Satu Kunci Pemulihan Ekonomi adalah Percepatan Program Vaksinasi