Cerita Sekda Purworejo Kuliah di Fakultas Sastra Sambil Bertani di Kampung

1536

Baca juga: Agus Himawan, Anak Madrasah yang Memilih Kuliah di Kampus Umum

“Petani itu orang yang tidak mudah putus asa, misalnya kena hama, banjir dan kekeringan, mereka tetap menanam, jadi tangguh dalam menghadapi segala hal,” tambahnya.

Pengalaman tersebut banyak berpengaruh pada tugas-tugas yang Said emban.

Saat ngobrol santai pagi itu di ruang kerjanya, mejanya bersih. Namun sedari awal obrolan dimulai, gawai Said yang diletakkan tak jauh dari laptopnya kerap menerima pesan masuk hingga panggilan.

Dia pun bertutur menjelang siang itu, dirinya bakal memimpin rapat yang ketiga.

“Semua koordinasi lewat hape, kita musti mengikuti perkembangan. Biasanya juga tiga rapat langsung saya kumpulkan jadi satu. Supaya koordinasinya cepat,” kisahnya.

Kenangan ketika Diterima Menjadi PNS

Meskipun kini dikenal sebagai Sekda Kabupaten Purworejo sejak 2016, Said ternyata mengawali karier justru sebagai dosen.

Usai lulus dari Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) UGM pada 1988, takdir membawanya ke kota Surakarta, untuk mengajar sebagai dosen Bahasa Indonesia di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Baca juga: Gandeng Istri Gubernur Sulut, KAGAMA Manado Bagikan Ribuan Masker untuk Lansia

Namun, tak lama berselang, Said kemudian mengikuti rekrutmen Pegawai Negeri Sipil untuk tahun 1988/1989.

Rekrutmen tersebut ternyata menjadi awal dari perjuangannya menjadi birokrat, usai diterima menjadi CPNS dan ditempatkan di Kabupaten Tegal.

Uniknya, pengumuman itu diketahui ketika ada seseorang yang mengantarkan salinan koran dan telegram kepada sang ayah.

Said diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Tegal pada tahun 1988.

“Ada salinan koran, kartu pendaftaran, dan telegram pengangkatan, semua masih Saya simpan,” ujar Said seraya menunjukkan kepada KAGAMA.

Selalu Optimis dan Menyenangi Isu Sosial Kemasyarakatan

Kesuksesan Said Romadhon di dunia birokrasi ternyata telah diprediksi oleh sahabat karibnya selama berkuliah di UGM, yaitu Dr. Suhandano, M.A.

Ditemui secara terpisah oleh KAGAMA di ruang kerjanya, Fakultas Ilmu Budaya UGM, Kepala Departemen Bahasa dan Sastra UGM ini menceritakan dengan gamblang perihal minat Said terhadap isu sosial kemasyarakatan.

“Meskipun kami ini mahasiswa Bahasa, Saya dan Said justru kerap berdiskusi soal sosial kemasyarakatan,” tutur Suhandano.

Said juga dikatakan oleh Suhandano memang tertarik dengan hal yang baru dan memang memiliki wawasan yang luas.

Selain itu, sikap optimis yang ada dalam diri Said, diakui oleh mantan Kaprodi Sastra Indonesia UGM ini merupakan keunggulan utama.

“Saya kira, belajar di Prodi Sastra Indonesia bagi beliau merupakan latihan intelektual, cara berpikir yang didapat di Program Studi Sastra Indonesia kemudian diterapkan dalam hal lain, salah satunya dalam bidang birokrasi,” pungkas Suhandano. (Ez/-Th)

Baca juga: Satu-satunya Cara yang Bisa Dilakukan Agar Tidak Merasa Cemas pada Covid-19