Hal Ini Perlu Dilakukan Agar Perusahaan Tidak Tumbang di Masa Depan

431

Baca juga: Ganjar Sebut Sistem Pendidikan Indonesia Harus Lebih Konvensional

“Jadi hal ini sebenarnya menurut kami adalah menandakan bahwa perusahaan-perusahaan itu sebenarnya memeahami bahwa otomasi proses ini masih memerlukan manusia atau workforce (tenaga kerja) yang mapan dan siap untuk driving proses transformasi ini.”

“Serta memastikan proses ini menjadi sesuatu yang lebih sustainable dan berkesinambungan,” tandasnya.

Ratri menjelaskan, dari konsensus beberapa studi yang mensurvei berbagai stakholders telah menyetujui bahwa lapangan kerja yang tercipta itu akan lebih besar ketimbang pengurangan lapangan kerja akibat otomasi.

Namun, pekerjaan-pekerjaan bisnis baru tersebut akan berbeda secara fundamental daripada pekerjaan yang hilang.

Pekerjaan tersebut akan lebih berfokus pada human mission interaction yang membutuhkan skil kognitif yang lebih tinggi.

Oleh karenanya, Ratri menandaskan, pencarian solusi kreatif dan self management semakin meningkat menuju tahun 2025.

Solusi yang dapat dilakukan, menurut Ratri adalah reskilling dan upskilling perusahaan.

Baca juga: Menteri Ketenagakerjaan RI Apresiasi Portal kagamakarir.id

Reskilling adalah program untuk meningkatkan kemampuan baru bagi tenaga kerja perusahaan, sedangkan upskilling adalah program untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja.

“Proses reskilling dan upskilling keseluruhan workforce ini membutuhkan share purpose yang dipahami secara fundamental oleh pegawai maupun perusahaan,” jelas Ratri.

“Proses ini membantu mengoptimalkan resources yang sudah ada di perusahaan untuk mendukung proses transformasi.”

“Dan benefitnya juga adalah talenta tersebut pastinya sudah memahami operational bisnis dan visi bisnis yang dijalankan,” imbuhnya.

Ratri mencontohkan perusahaan yang telah sukses melaksanakan program tersebut, sehingga mampu bertahan bahkan berkembang.

Provinsi Emilia-Romagna di Italia, kata Ratri, selama berdekade-dekade telah memproduksi garment yang high-end dan luxury yang dijual di fashion house terkemuka.

Namun, perusahaan tersebut harus menghadapi kenyataan adanya industri tekstil yang diotomasi secara signifikan bisa menghasilkan produk berkualitas sama dengan harga yang jauh lebih murah.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Pertanda Baik bagi Petani Lokal?