Belajar, Berkarier, dan Bertemu Jodoh di Fakultas Farmasi UGM

2189

Baca juga: Rimbawan Kagama: Hutan Makin Rusak, Kita Harus Bangkit!

“Kebetulan air PAM-nya mati, kemudian harus mengambil di sumur timba sebelum subuh dan gantian sama teman yang lain. Waktu itu juga sedang musim kemarau.”

“Saya ingat betul waktu OSPEK sampai lupa salat subuh. Sampai sekarang kalau ingat, ya saya menyesal,” ungkap sosok yang dikukuhkan sebagai guru besar pada Februari lalu ini.

Suka Beraktivitas Sampai Jatuh Sakit

Meskipun demikian, Satibi tidak menjadi mahasiswa yang kuliah-pulang saja.

Di luar akademik, ia aktif di Senat Fakultas Farmasi, Keluarga Muslim Mahasiswa Farmasi (KMMF), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

“Saya memang senang beraktivitas, saking senangnya sampai jatuh sakit. Sejak itu, saya memutuskan kembali untuk fokus kuliah.”

“Alhamdulillah, saya termasuk mahasiswa yang lulus cepat,”jelas Satibi.

Pria asal Sukoharjo, Jawa Tengah itu ngekos di Pogung Lor. Setahun kemudian Satibi pindah ke asrama Tontowi Djauhari khusus mahasiswa UGM dari Karesidenan Solo.

Baca juga: Ramadhan Berbagi ala Kagama Balikpapan

Lokasinya di Perumahan Lempongsari blok B, Ngaglik, Sleman.

Selama tinggal di asrama ini, Satibi dan teman-temannya diimbau berkontribusi untuk masyarakat.

“Jadi ya ibarat KKN, kita nggak hanya kuliah. Tetapi juga kasih kontribusi ke masyarakat di sekitar asrama.”

“Kami aktif di berbagai kegiatan sosial di kampung, memperbaiki kegiatan-kegiatan di masjid,” ujarnya.

Kini Satibi juga menjadi pembina di asrama mahasiswa ini.

Pengembangan asrama, kata Satibi, tidak hanya untuk mahasiswa karesidenan Solo, tetapi untuk siapa saja asalkan mahasiswa muslim laki-laki dari UGM.

“Ya kuliah di Farmasi membuat kita kurang menikmati kehidupan mahasiswa pada umumnya. Ikut organisasi juga hanya di fakultas. Ketemu jodohnya pun di fakultas.”

“Jadi, segalanya hanya berputar di Farmasi saja,” ujarnya.

Baca juga: Kagama NTB Berbagi, Dampingi Anak Yatim dan Duafa di Rumah Cerdas Mandiri