Aktif adalah Senjata Rivan Purwantono dalam Mengubah Takdir

1085

Baca juga: Teten Masduki Sebut Kagama Inkubasi Bisnis Bisa Mendampingi UMKM Agar Lebih Unggul dan Inovatif

Sebab, di posisi itu, ia bebas keliling ke mana-mana tanpa seragam.

Sebelumnya, tak pernah ada orang yang bisa pindah bagian di Lippo Bank dalam kurun waktu 26 hari seperti Rivan.

Perjalanan Rivan di Lippo Bank berlangsung hingga 2006 dengan posisi terakhir sebagai Advisor.

Ia juga sempat mengajar di UI, bekerja di Shopie Martin Indonesia, pindah ke Bank Bukopin dan PT KAI, sebelum akhirnya kembali ke Bukopin pada 2020.

Memperoleh posisi pekerjaan sesuai passion hanyalah salah satu babak dalam kehidupan Rivan yang membuktikan bahwa takdir merupakan pertemuan antara aksi dan momentum.

Di sisi lain, momentum yang tepat memang tidak bisa diprediksi.

Namun, manusia punya peluang besar untuk menemuinya jika terus beraksi.

Beraksi dalam hal ini menjadi seorang individu yang aktif berinteraksi dengan orang lain.

Hal itu sebagaimana yang dilakukan Rivan sejak masih kecil.

Misalnya, ketika masih duduk di bangku SMP 1 Negeri Kudus (1979-1982), Rivan telah aktif dalam kegiatan OSIS, Pramuka, dan mengajar Pramuka di beberapa SD.

Baca juga: Anak Agung Gede Putra: Produk yang Bagus Akan Menemukan Konsumennya Sendiri

Tak cukup di situ, ia juga ikut latihan motorcross dan basket.

Semangat untuk aktif berlanjut ketika Rivan berkuliah di UGM mulai (1985-1990).

Kala itu, ia ikut UKM Marching Band dan Paduan Suara. Namun, Rivan lebih aktif di Paduan Suara.

“Di Paduan Suara aku serius. Serius ngurus organisasinya. Nyanyi sakjane pas-pasan wong suara bas (Nyanyi sebenarnya paspasan karena suara saya bass),” ujar Rivan, berkelakar.

“Tapi passion untuk aktif berinteraksi itu penting,” sambungnya.

Gara-gara keaktifannya itu, Rivan ketiban rezeki yang tak pernah diduga, yakni jodoh.

Pertemuan Rivan dengan sang istri dimulai setelah ia berhasil menggagas Sekretariat Bersama (Sekber) UKM di Gelanggang bersama Bambang Sus.

“Aku sekretarise. Jaman Bambang Sus ketua sekbere. Nek biyen orang nyebut aku Sekjen (dulu orang menyebut aku sekjen). Wah sadis hehe. Tapi di situlah aku entok jodho (di situlah aku bertemu jodoh).”

“Karena sebagai orang Sekber, kalau ada unit kegiatan yang kesenian punya acara, aku ngancani (menemani). Terus pas lomba tari saya ngancani, njur ada yang naksir saya hehe,” kenang Rivan.

“Ya istri saya ini. Istri saya Kehutanan angkatan 1987. Yo nek ngapusi adik kelas lah mas hehe. Satu angkatan angel,” candanya.

Cuplikan babak kehidupan Rivan ini menjadi pelajaran bahwa di mana ada upaya selalu ada jalan yang mengantarkan ke suatu muara.

“Tapi satu yang penting, inisiatif. Jadilah dirimu sendiri. Kerjalah tanpa pamrih. Kerja tanpa harus dinilai oleh orang lain. Kalau begitu hasilnya pasti ada,” kata Rivan. (Th)

Baca juga: Sambut Warga Papua di Jogja, Pratikno: Keterbatasan adalah Guru Paling Sempurna