Tangan Dingin Rivan Purwantono Bantu Bank KB Bukopin dari Ancaman Tutup

602

Baca juga: Sambut Warga Papua di Jogja, Pratikno: Keterbatasan adalah Guru Paling Sempurna

Langkah yang diambil Bank Bukopin untuk menyelesaikan masalah tersebut sebenarnya sudah tepat, yakni melakukan penambahan modal.

Penambahan modal dilakukan dengan cara penerbitan saham baru lewat skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (rights issue).

Rights issue sederhananya adalah penawaran umum terbatas untuk membeli saham buat pemilik lama.

Opsi ini biasanya dipilih suatu perusahaan karena dinilai lebih aman ketimbang menghimpun dana pinjaman.

Rights issue pun dibuka Bank Bukopin sebanyak dua kali pada Juli 2018 dan Oktober 2019.

Namun, tambahan modal dari bank nomor satu Korea Selatan, Kookmin Bank, belum mampu mendongkrak performa Bank Bukopin.

“Kita itu pernah ngalami, orang mau narik ATM saja tidak bisa. Uangnya nggak ada. Selain itu ada banyak yang antre, kalau manual kan banyak calo,” ucap Rivan.

Baca juga: Agus Taolin, Dokter Berprestasi Lulusan UGM Terpilih sebagai Bupati Kabupaten Belu

Dalam situasi Bank Bukopin yang sulit itu, Rivan tak bisa berdiam diri kendati dirinya sudah pindah ke KAI.

“Tiap malem saya masih ke sana buat bantu temen-temen. Sampai akhirnya 18 Juni (2020) diminta sebagai Direktur Utama Bukopin,” ujar Rivan.

Setelah satu bulan lebih sepuluh hari berlalu, Rivan akhirnya memilih meninggalkan jabatannya di KAI.

Ia kembali untuk membantu memulihkan keadaan Bank Bukopin.

Setelah aktif menjadi Direktur Utama Bukopin, Rivan sempat berkeluh kesah kepada Mensesneg Pratikno.

Rivan mendapat pesan dari mantan rektor UGM itu agar Bank Bukopin jangan sampai jatuh.

Satu-satunya solusi yang ada di benak Rivan adalah segera menggelar kembali rights issue.

Baca juga: Kemenhub RI Dukung Produk Fashion Indonesia Masuk ke Pasar Dunia