Alumnus Jelaskan Peluang Penggunaan Big Data dalam Riset Biologi

549
Manajer Konservasi WWF Indonesia, Barano Siswa Sulistyawan, M.Si., menjelaskan pandangannya tentang peluang pemanfaatan big data untuk pengembangan riset biologi. Foto: Ist
Manajer Konservasi WWF Indonesia, Barano Siswa Sulistyawan, M.Si., menjelaskan pandangannya tentang peluang pemanfaatan big data untuk pengembangan riset biologi. Foto: Ist

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Populasi spesies, perubahan habitat, serta ekologi komunitas dan konservasi spesies menjadi tren riset biologi pada 2009.

Demikian disampaikan Manajer Konservasi WWF Indonesia, Barano Siswa Sulistyawan, M.Si.

Pada tahun tersebut, Barano mulai mempelajari ilmu penginderaan jauh, di saat yang sama pula Barano mempelajari sistematic conservation planning.

Dia merasa, variasi data banyak dibutuhkan untuk menunjang studi tersebut.

Hanya saja, kata dia, kala itu teknologi komputer masih sangat lemah di Indonesia.

“Kita kalau mau running data bisa memakan waktu berhari-hari. Namun, setelah teknologi semakin canggih termasuk dengan kehadiran big data, riset biologi semakin bervariasi.”

“Tema-tema riset mulai merambah ke lintas disiplin ilmu, sehingga semakin membuka peluang bagi kegiatan inovasi,” terangnya dalam Bio Talks beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kagama Jateng dan Kagama Pemalang Tanam Bibit Kelapa di Kawasan Obyek Wisata Purana Farmland

Interaksi antarbidang keilmuan, kata Barano, akan memunculkan bidang-bidang ilmu baru.

Contohnya riset ekonomi tentang valuasi sumber daya air.

Dari riset ini, Barano memvaluasi nilai ekologi atau biodiversity yang jarang dibicarakan di pasar.

Barano menuturkan, adanya interdisipliner ini menuntun para biolog terbiasa menggunakan berbagai tools yang penting di luar dari ilmu biologi.

“Big data merupakan teknologi sumber data yang besar dan kompleks. Walaupun demikian, semua orang dituntut untuk bisa memahaminya.”

“Big data tidak akan bisa dirasakan manfaatnya, jika seseorang tidak dapat meramu variabel-variabel data menjadi satu meta analisis.”

“Padahal jika diramu dengan baik akan menghasilkan pengetahuan baru,” ujar alumnus Fakultas Biologi UGM angkatan 1990 itu.

Baca juga: Public Speaking Nggak Cuma Perkara Orang Bisa Ngomong Panjang Lebar