Tujuh Hari Kepergian Setyo Kinanthi, Sosok Pendiam Namun Penuh Dedikasi untuk KAGAMA

2792

Baca juga: Rimbawan KAGAMA Angkat Bicara soal Penetapan Luas Hutan Minimum 30 Persen di UU Nomor 41/1999

Saat ditemui di rumah duka menjelang tujuh hari Kinan pada Rabu (3/3/2021, di Perum Citra Ringin Mas Blok A. Nomor 37, Purwomartani, Kalasan, Endang mengisahkan hari-hari terakhir sang putri tercinta.

“Sepanjang bekerja di KAGAMA, Kinan nggak pernah sakit. Tahun 2018 pernah muncul gejala, tapi sudah dinyatakan sembuh,” ujarnya.

“Saya juga bersyukur karena kemarin banyak sekali yang WA. Saya itu sampai nangis terus. Karena saya bahagia, begitu banyak yang sayang sama Kinan.”

“Narsum-narsum itu sampai ada yang telfon, tidak cuma basa basi, tapi mengungkapkan pengalamannya mengenal Kinan itu diceritakan,” kisah Endang.

Padahal, lanjutnya, Kinan selama di rumah dikenal pendiam. Bahkan, sama adiknya saja jarang bercanda.

Apalagi saat sakit. Kata Endang, mengeluh pun tidak. Kalau ditanya, jawabnya hanya ‘sakit sedikit’.

“Dia nggak mau merepotkan orang tua,” imbuh Endang.

Baca juga: Dinilai Berhasil Tangani Covid-19, Dibutuhkan Lebih Banyak Pendonor Plasma Konvalesen

Endang mencontohkan, ada kontak WA yang bernama Ibu Rini KAGAMA Jember, menyampaikan pesan dukanya.

“‘Saya kenal Mbak Kinan di Bali waktu Munas. Saya sempat mengundang ke Jember, tapi sayang belum kesampaian karena Pandemi,'” tutur Endang membacakan pesan WA.

“Sampai minta alamat, nanti kalau ke Jogja katanya mau mampir. Ada juga dari KAGAMA Solo, Dosen-dosen, kolega UGM, dan beberapa fakultas,” imbuh Endang.

“Saya sampai nangis terus baca. Saya bersyukur Kinan bisa membawa diri, bisa meninggalkan kesan yang baik sama orang-orang yang dikenalnya. Saya sudah ikhlaskan. Allah lebih sayang,” pungkas Endang.(Th)

Baca juga: Alumni Psikologi UGM Angkatan ’83 Luncurkan Buku Perjalanan Hidup Satu Angkatan