Tantangan Rizki Andini Bekerja di NGO, Harus Terbiasa Kolaborasi Lintas Sektor

654

Baca juga: Warga KAGAMA Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Tanah Air

Bekal ilmu yang diberoleh Dini membawanya untuk meraih pengalaman sebagai asisten peneliti dalam program Disability Advocacy Services, Alice Springs.

Dalam program ini, Dini ditugaskan untuk mengadvokasi kebutuhan masyarakat penyandang disabilitas di suatu wilayah ke pemerintah, agar kelompok ini mendapatkan pelayanan khusus yang layak.

Belum puas menggali ilmu dan pengalaman, Dini lantas bergabung dengan DT Peduli, Bandung.

Dia di bagian Research and Development Specialist for Empowerment Program sepulangnya dari Australia.

Kali ini, Dini ditugaskan untuk mengembangkan sebuah program dan mengintegrasikannya dengan konsep SDGs.

Baca juga: Rimbawan KAGAMA Angkat Bicara soal Penetapan Luas Hutan Minimum 30 Persen di UU Nomor 41/1999

Satu tahun menimba ilmu dan pengalaman di NGO tersebut, Dini kemudian mengembangkan kariernya di lingkungan baru, yaitu di Yayasan Cipta sebagai Advocacy Program Officer di tahun 2020.

Yayasan Cipta merupakan sebuah lembaga konsultan advokasi kesehatan dan komunikasi perubahan perilaku dan sosial.

“Kebetulan saat ini saya sedang fokus pada program Advance Family Planning dan Stunting Projects. Dari sekian pengalaman yang saya dapat di berbagai NGO, memang sebagai staf kita ditantang untuk bekerja di lintas sektor, seiring dengan tuntutan untuk berkolaborasi dengan banyak mitra.”

“Jadi, kita tidak bisa menolak begitu saja, jika sektor program yang ditawarkan berbeda dengan kemampuan atau bidang yang kita geluti.”

“Sebisa mungkin kita harus bisa menemukan irisan dari sektor program tersebut yang bisa dikolaborasikan dengan sumber daya yang kita punya,” ungkap alumnus Gizi dan Kesehatan UGM angkatan 2010 itu.

Baca juga: KAGAMA Lampung Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Pardasuka, Lampung