Bangun Usaha Bimbel, Alumnus Gizi Kesehatan Ini Tak Ingin Terpaku pada Jurusan Kuliah

623

Baca juga: Alumni Psikologi UGM Angkatan ’83 Luncurkan Buku Perjalanan Hidup Satu Angkatan

“Lewat bisnis bimbel ini pula saya bisa mendekatkan diri saya ke masyarakat sambil menularkan ilmu yang didapatkan semasa kuliah, ”ujar perempuan yang saat ini juga bekerja sebagai Supervisor Posyandu Lansia di salah satu bank swasta di Kudus ini.

Setelah menyebar brosur, Resi mulai merekrut tenaga pengajar. Sebagai owner, Resi lebih banyak bertanggung jawab pada manajemen perusahaan, dalam hal ini fokus pada pengembangan bimbel tersebut.

Untuk pengajaran, dia serahkan kepada pekerjanya yang lebih ahli, terutama yang berasal dari bidang pendidikan.

Saat ini, Aquilla Bimbel sudah memiliki 25 tenaga pengajar. Dalam seminggu ada 100 kelas yang melaksanakan bimbingan.

Banyak manfaat yang dia peroleh selama menahkodai bimbingan belajar ini, termasuk memperluas jaringan, pengembangan diri, serta memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Baca juga: Rumah Dahor yang Kaya Sejarah Ini Jadi Latar Video Nitilaku KAGAMA Balikpapan

Layaknya pebisnis pada umumnya, Resi juga menghadapi banyak tantangan. Salah satunya, jumlah tenaga pengajar yang kurang.

Dia merasa kesulitan mendapatkan guru yang sesuai kriteria. Kemudian juga tujuan pembelajaran seringkali berbeda dengan sang murid.

“Ini terkait cara berpikir siswa dan orang tuanya. Selama ini pendidikan hanya berorientasi nilai, sehingga pandangan ini diserap pula oleh siswa dan orang tua, bahwa bagaimana pun caranya bimbel harus bisa membantu siswa meningkatkan nilai mata pelajaran anak. Padahal esensi pendidikan sejatinya tidak demikian,” paparnya.

Apapun jurusannya, kata Resi, semua orang punya kesempatan untuk membuka bisnis.

Asalkan mereka juga jeli melihat peluang dan gunakan prinsip “mulai saja dulu”.

Baca juga: Cerita di Balik Jenggot Ganjar Pranowo

Selain itu, tidak memikirkan soal gelar dan jurusan yang diambil semasa kuliah.

Menurutnya, hal ini penting supaya pikiran menjadi jernih dan tidak terbatas dalam berpikir.

“Jangan lupa untuk memahami diri sendiri, termasuk karakter dan potensi yang dimiliki, serta kebutuhan kita saat ini.”

“Lalu yang tak kalah penting adalah melek finansial, terutama terkait permodalan dan manajemen keuangan.”

“Menurut saya ini krusial, uang itu bergerak cepat dan seberapa pun kecilnya modal kita tetaplah harus dikelola dengan baik,” pungkasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Perjalanan Gabriel Asem Membangun Tambrauw yang Awalnya Hanya Berupa Perbukitan dan Panta