Agus Punya Peluang Besar untuk Berkembang Berkat Berkarier sebagai Dokter Militer

2172

Baca juga: Cerita di Balik Jenggot Ganjar Pranowo

Namun, kali ini dia harus benar-benar siap secara fisik, jasmani, dan rohani.

Setelah mengikuti pendidikan dan resmi menjadi dokter militer, Agus mulai menapaki kariernya di sana.

Agus menjelaskan, terdapat dua macam jenjang karier, yakni kerier struktural yang jenjangnya meliputi dokter batalyon, Dokter Detasemen Kesehatan (korem), Kakesdam (wilayah satu provinsi).

Kemudian karier fungsional, yang dimulai dengan bertugas sebagai dokter batalyon, kemudian bisa menjadi dokter rumah sakit (tingkat korem hingga kodam), dan spesialisasi.

Tugas sebagai dokter militer dengan dokter non militer, kata Agus, sebagian besar hampir sama.

Baca juga: Perjalanan Gabriel Asem Membangun Tambrauw yang Awalnya Hanya Berupa Perbukitan dan Panta

Namun, khusus dokter militer, mereka diwajibkan mengikuti operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Misalnya, seperti ke Timor Timur dan Aceh.

Agus ditugaskan untuk menangani pasien-pasien tentara yang sakit atau terluka selama operasi militer tersebut berlangsung.

“Dokter militer itu bisa dibilang memiliki kecepatan lebih dalam penanganan pasien. Mereka juga punya kemampuan mendirikan tenda rumah sakit.”

“Kami juga mendapat tugas khusus seperti pengawalan dan pelayanan VIP dan tim advance untuk pengamanan kesehatan pejabat tertentu,” ungkap pria asal Yogyakarta ini.

Baik TNI AD, AU, maupun AL, masing-masing memiliki satu rumah sakit pusat dan beberapa rumah sakit tingkat dua yang tersebar di seluruh Indonesia.

Baca juga: Bioenergi dari CPO Kelapa Sawit Bisa Jadi Solusi Implementasi RUU Energi Baru dan Terbarukan