Perjalanan Gabriel Asem Membangun Tambrauw yang Awalnya Hanya Berupa Perbukitan dan Pantai

2506

Baca juga: Pemerintah Dorong Pengembangan Kawasan Industri Kendal sebagai Super Koridor Jawa Utara

Strategi Pembangunan

Gebi sadar betul bentangan wilayah sekitar 11.500 km2 menjadikan Tambrauw sebagai Kabupaten yang cukup luas.

Kondisi itu bisa saja berpengaruh pada waktu yang tidak singkat untuk membangun Tambrauw secara menyeluruh.

Oleh sebab itu, dia membagi Tambrauw menjadi empat sentra pertumbuhan pembangunan di empat distrik (kecamatan).

“Sausapor sebagai kota pelabuhan, Fef sebagai kota pemerintahan dan ibu kota, Kebar sebagai kota pengembangan pertanian dan peternakan, serta Abun menjadi kota tata niaga karena barang-barang produksi akan melaluinya,” terang Gebi.

Dengan pembagian empat titik pembangunan tersebut, dia berharap wilayah yang ditunjuk dapat berkembang pesat pada masa mendatang.

Tak hanya itu, langkah demikian juga dipandang Gebi dapat memengaruhi distrik-distrik sekitarnya untuk ikut maju.

Sehingga, katanya, tidak terjadi kesenjangan pembangunan antardistrik.

“Selama ini terjadi kesenjangan. Sebab, semua orang harus belanja ke Sorong dan Manokwari. Nah, sekarang Sausapor mulai tumbuh dan memengaruhi distrik di sekitarnya,” tuturnya menjelaskan.

Kini, orang-orang Tambrauw tak perlu keluar kota ke Sorong dan Manokwari untuk sekadar belanja.

Sebab, Sausapor sudah menyediakan berbagai kebutuhan pokok. Strategi pembangunan yang digalang Gebi tidak berhenti di situ.

Ada langkah-langkah lain yang dia lakukan untuk memudahkan percepatan pembangunan Tambrauw. 

Baca juga: Dengan Urban Farming, Masyarakat Bisa Menikmati Hasil Panen Berkali-kali dalam Setahun

Pertama, oal administrasi. Setelah UU No 14 tahun 2013 diterbitkan menggantikan UU No 56 tahun 2008, Tambrauw menerima lima tambahan distrik yang menyebabkan luas kabupaten meningkat.

Sesuai dengan UU, ibu kota pemerintahan yang tadinya di distrik Sausapor harus pindah ke distrik Fef per 2020.

Untungnya, pemerintahan pimpinan Gebi telah menyelesaikan kantor bupati beserta jalan yang menghubungkannya.

Kedua, soal jalan dan jembatan. Gebi memandang membangun jalan dan jembatan biayanya tidak murah.

Rilis Papua Barat Online menyatakan bahwa 12 jembatan telah dibangun di Tambrauw dengan menghabiskan biaya lebih dari Rp253 miliar antara 2012-2019.

Sementara CNN Indonesia mengabarkan bahwa ada Rp310 miliar yang digunakan untuk menghubungkan Tambrauw dengan Sorong dan manokwari.

Gebi tak bisa memungkiri besarnya biaya. Meski demikian, langkah beraninya cukup beralasan.

“Mau tidak mau suka tidak suka harus kami lakukan supaya bisa menunjang tugas-tugas pemerintahan. Begitu pula dengan arus barang, jasa, manusia, dan uang,” tegasnya.

Langkah ketiga, adalah soal transportasi. Gebi mengatakan, pihaknya kini sudah menentukan wilayah yang ditunjuk sebagai terminal yang menghubungkan Tambrauw dengan Sorong.

Dia mengistilahkan wilayah tersebut dengan segitiga emas, yakni Sausapor-Murait-Fef.

“Kami sudah teken MoU dengan Perum Damri dan diberi hibah 4 unit bis dan akan ditambah tahun ini,” ujarnya.

Bertepatan dengan Hari Jadi ke-12 Tahun Kabupaten Tambrauw yang jatuh pada Kamis (29/10/2020) lalu, Gebi juga meresmikan beberapa infrastruktur yang telah selesai dibangun.

Infrastruktur tersebut yaitu Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda), Kantor Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Dan Kantor Pekerjaan Umum (PU), serta Jembatan Sungai Irawiam.

Meski pembangunan infrastruktur jadi prioritas, Gebi tidak lupa dengan upaya peningkatan SDM warganya. Misinya pada periode kedua memimpin Tambrauw adalah membangun SDM.

“SDM tidak hanya menyasar pendidikan saja tetapi kami juga harus memperhatikan kesehatan dan ekonomi. Saya ingin orang-orang pintar, cerdas, dan sehat, tapi kantongnya juga tebal,” katanya.

Untuk mewujudkan gagasannya itu, Pemerinah Tambrauw menjalin kerja sama dengan fisikawan kenamaan negeri Prof. Yohanes Surya, untuk mengirim beberapa anak usia dini menimba ilmu di Jakarta melalui Sekolah Anak Indonesia sejak 2015.

Namun, Gebi sadar bahwa secara kuantitas hal yang dia lakukan belum bisa menjaring banyak anak.

Untuk itu, dia ingin menggagas pembangunan sekolah berpola asrama di ibu kota Fef dari sumber dana Otsus (otonomi khusus) Papua per 2020.

Sejumlah 5 ha lahan sudah dihibahkan warga untuk mendukung rencana Gebi.

Suster-suster dari Gereja Katolik juga telah menyatakan kesanggupannya untuk mengelola pendidikan di sekolah tersebut.

Ada juga beasiswa untuk para mahasiswa asal Tambrauw yang merantau ke luar daerah.

“Kami seleksi nilai mereka. Yang IPK nya bagus kami dukung, terutama untuk bidang-bidang studi yang dianggap langka di Papua,” katanya.

Selain itu, para mahasiswa Tambrauw yang merantau tidak perlu bingung akan tinggal di mana.

“Kami punya asrama di mana-mana. Seperti di Yogya, Malang, Manokwari yang menjadi milik Pemda. Sekarang kami sedang menjajaki di Jayapura. Ada juga di Manado dan Makassar yang sifatnya masih kontrak,” tuturnya.

Baca juga: Prof. Haryanto Ungkap Cerita Lucu Selama Pandemi dalam Dies Natalis ke-65 FISIPOL UGM