Perjalanan Gabriel Asem Membangun Tambrauw yang Awalnya Hanya Berupa Perbukitan dan Pantai

2498

Baca juga: KAGAMA Bali Gelar Aksi Donor Darah untuk Dukung PMI di Masa Pandemi

Di sorong pula, Gebi mempeoleh jabatan puncak sebaga Kepala Dinas PPKAD (Pendapatan, Pengelolaan Keuangan & Aset Daerah) hingga 2011.

Di tengah karier yang kian melejit, Gebi mesti meninggalkan Papua untuk bertolak ke Yogyakarta.

Sebab, dia mendapatkan tugas belajar di Universitas Gadjah Mada. Jurusan Magister Ekonomika Pembangunan FEB pun dipilihnya beserta konsentrasi Keuangan Daerah.

“Saya tidak kuliah di kelas khusus, tetapi reguler. Saya tinggal di kontrakan yang ada di Pogungrejo,” ucap Gebi mengenang.

Kebetulan, istri Gebi seorang PNS. Sehingga, sang istri bisa menemaninya untuk tinggal di Yogya barang sebentar.

“Istri saya jadi pegawai titipan di Kelurahan Cokrodiningratan Kecamatan Jetis, Sleman,” katanya.

Pendidikan pascasarjana di UGM berhasil diselesaikan Gebi dengan waktu singkat.

Masuk pada Januari 2006, dia sukses menyabet gelar magister sains (M.Si) 21 bulan setelahnya, alias Oktober 2007.

Kebersamaan Gebi dengan Yogya dan UGM memang cukup singkat.

Namun, dia mengatakan, “Berbekal ilmu yang sudah didapatkan di UGM, saya terdorong untuk bisa melakukan perubahan di Tambrauw.”

Bupati Tambrauw alumnus UGM, Gabriel Asem meresmikan tiga gedung pemerintahan dan satu jembatan bersamaan dalam momen Hari Jadi ke-12 Tahun Kabupaten Tambrauw. Foto: Humas Kab Tamrauw
Bupati Tambrauw alumnus UGM, Gabriel Asem meresmikan tiga gedung pemerintahan dan satu jembatan bersamaan dalam momen Hari Jadi ke-12 Tahun Kabupaten Tambrauw. Foto: Humas Kab Tamrauw

Baca juga: Cerita Triza Yusino Bantu Masyarakat Bali Penuhi Kebutuhan Pangan dan Ekonomi dengan Urban Farming

Kepedulian Gebi dengan infrastruktur bisa jadi karena dia menemui sosok dosen bernama Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc.

“Bahasa saya sederhana dan tidak ada di buku, tetapi hal itu turut dibenarkan oleh Pak Wihana. Saya bilang bahwa infrastruktur adalah induk dari pembangunan. Jika infrastruktur terbangun dengan baik, maka progres pembangunan sektor lain akan mengikuti,” jelas Gebi.

Dari pernyataan tersebut, dia yakin pembangunan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi bisa bertambah baik jika infrastruktur terlebih dahulu digarap dengan apik.

Bahkan, Gebi mengklaim dirinya lebih awal daripada Presiden Joko Widodo dalam menyadari betapa pentingnya infrastruktur.

“Maaf, sebelum Pak Jokowi berbicara soal infrastruktur saya sudah bicara lebih dahulu pada 2011,” katanya.

Pria yang jago bela diri karate ini juga mengaku mengidolai Dr. Akhmad Makhfatih dan Alm. Dr. Suratno, M.Ec.

Untuk Pak Ratno, ada satu pesan dari beliau yang membekas di benak Gebi.

Pesan itu diberikan ketika Pak Ratno menyempatkan diri datang ke Tambrauw, beberapa hari setelah Ketua KAGAMA Papua Barat ini dilantik sebagai bupati.

“Dia lihat-lihat sekitar lalu memfotonya dan bilang ke saya, ‘Pak Gabriel, lihatlah, listrik tidak ada. Bagaimana ekonomi bisa hidup jika listrik tidak ada’. Ya sudah saya tangkap itu,” ujar Gebi, mengenang ucapan dosennya yang telah meninggal dunia pada 16 Maret 2016 itu.

Dari sana timbul niat Gebi untuk menyudahi gelap gulita malam hari di Tambrauw dengan membangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro).

Baca juga: Urban Farming Tak Hanya Mencegah Krisis Pangan di Masa Pandemi