Cerita Triza Yusino Bantu Masyarakat Bali Penuhi Kebutuhan Pangan dan Ekonomi dengan Urban Farming

371

Baca juga: Apa Saja Kunci Penting Memajukan Petani dan UMKM di Kawasan Lahan Gambut?

Beberapa warga yang memelihara sapi juga menyumbangkan pupuk kandangnya.

Tidak dengan cara yang rumit, Triza mengajak masyarakat untuk berani memulai, termasuk menanam tanaman apapun yang ada dan mudah ditanam.

Misalnya benih dari sisa dapur, seperti tomat, cabai, terong, pare, dan lain-lain.

“Hasil panen bisa dijual jika memungkinkan. Namun, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan makan sehari-hari juga.”

“Karena secara tidak langsung panen di rumah sudah mengurangi pengeluaran. Layaknya slogan urban farming, Makan yang ditanam. Tanam yang dimakan,” tuturnya.

Baca juga: Pendekatan yang Dapat Dilakukan untuk Optimalkan Berbagai Daya Tarik Wisata di Satu Kawasan

Menurut Triza, urban farming bisa menjadi solusi untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Sebab, kegiatan ini menyediakan makanan sehat dan bergizi, yang mudah dan biaya minimal.

Di samping itu, juga mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber makanan segar, serta menggali sumber ekonomi dan produksi pangan.

Ketika tujuan dan keberhasilan itu tercapai, Triza dan warga yang berhasil melakukan urban farming dengan senang hati membagikan ilmunya melalui media sosial.

Supaya rantai kemanfaatannya semakin panjang, maka kegiatan urban farming ini disinergikan dengan canthelan.

Baca juga: Alumnus Fakultas Pertanian Angkatan 1986 Diangkat Jadi SEVP Operation PTPN II