Pernak-pernik yang Dipakai dalam Busana Pengantin ala Keraton Surakarta

1681

Baca juga: Upaya Bupati Seno Samodro dalam Mendukung Petani Boyolali Selama Pandemi Covid-19

“Kemudian, kalung ulur, sabuk, bara cindhe dengan gebyok kembang suruh. Epek, timang, lerep, nyamping dringin, canela, slop, dhuwung warangka ladrang, serta kolong keris,” urainya.

Sedangkan perabot pengantin putri meliputi: ukel ageng bangun tulak pantek, bris panetep mawi sempyok, dan sokan.

Kemudian, cundhuk mentul sekaran, cunfhuk jungkat, sangsangan, bros semyok, kebaya panjang mawi plisir baludiran.

Lalu sekar tiba dhadha, gelang, nyampung dringin, cindhe, canela, dan slop.

Baca juga: Ganjar Pranowo: Krisis Pangan Masyarakat Bisa Dibereskan KAGAMA Melalui Gerakan Canthelan

Purwadi berharap, peragaan busana yang ditampilkan dalam agenda kali ini bisa menjadi contoh bagi pelaku rias manten, sutradara teater, dan penggerak ekonomi kreatif. Sehingga, mereka punya pedoman pakaian yang baku menurut paugeran.

“Sinuwun Paku Buwana IX, raja Karaton Surakarta tahun 1861 – 1893, memberi wejangan bahwa busana untuk memperoleh derajat agung,” ucap Purwadi

“Busana juga untuk membangun karakter manusia paripurna,” pungkas pria yang lahir di Nganjuk pada 1971 ini. (Ts/-Th)

Baca juga: Hadapi Tekanan Selama Pandemi, Industri Rumah Sakit Perlu Berbenah