Panembahan Senopati, Raja Mataram yang Gemar Tamasya Spiritual

41028

Baca juga: Pandemi Tak Jadi Kendala, Dariah Punya Cara untuk Menggerakkan Canthelan di Depok, Jawa Barat

Sebab, raja-raja Jawa sebelum dia juga kerap bermeditasi di Pangandaran.

Bahkan, ritual semacam ini diteruskan oleh para suksesornya.

Seperti halnya raja keempat Kesultanan Mataram, Amangkurat Agung, bertapa di puncak Gunung Singkup Pangandaran pada 1657.

Menurut Purwadi, Amangkurat Agung waktu itu hendak mempertajam kualitas spiritualnya.

Jauh sebelum bertemu dengan Ratu Kidul, Panembahan Senopati telah ngangsu kawruh di Pertapaan Ratawu setiap Kamis Wage.

Baca juga: Hati-hati, Ini Narkoba Jenis Baru yang Beredar di Indonesia

Pertapaan Ratawu, yang ada di Gunung Merak, utara Parangkusumo, didirikan oleh Syekh Bela Belu. Di sana dia mendapat wejangan dari Syekh Bela-Belu.

Setelah Pangandaran, Alas Ketonggo, Ngawi menjadi destinasi lanjutan dalam perjalanan spiritual Danang Sutawijaya.

“Di sini ada Kali Ketonggo, anak sungai Kali Madiun Dalam perjalanan rohani ini, Panembahan Senopati mendapat Tugu Manik Kencono atau Tugu Manik Kumala. Nama gurunya Juru Kunci Pandan, yang menjadi murid Syekh Siti Jenar.”

“Ketika sedang tapa kungkum di Kali Ketonggo, Panembahan Senopati menyaksikan ndaru-ndaru beraneka ragam pating cemlorot,” terang Purwadi, alumnus Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Kata Purwadi, Juru Kunci Pandan memberi nasihat agar Panembahan Senopati melakukan lelono broto di Hutan Panjalu.

Baca juga: Kisah Bidan Hanifatur Rosyidah Lewati Segudang Kegagalan Sampai Bisa Eksis di Kancah Global