Hasilnya Lebih Bersih dan Higienis, Begini Cara Bercocok Tanam Hidroponik

1005

Baca juga: Teknik Pertanian dan Biosistem UGM Bawa 48 Medali dari Ajang ARC 2020

Sementara drip system, penanaman hidroponik dilakukan dengan cara meneteskan air dari pompa atau tandon, kemudian dialirkan ke semua tanaman dengan durasi waktu tertentu. Pada umumnya, sistem ini dipakai untuk hidroponik tanaman buah.

EB dan flow system, dikenal sebagai sistem pasang surut. Indra menegaskan, sistem ini tidak banyak dipakai dalam kegiatan penanaman hidroponik di Indonesia.

EB dan flow system, jelas Indra, mirip dengan sistem toilet duduk, akan ada sensor ketika air habis dan kemudian air akan mengisi sendiri.

Terakhir, aeroponic system yaitu sistem hidroponik dengan pengkabutan menggunakan sprayer untuk memberikan efek kabut pada tanaman.

Aeroponic system biasanya digunakan untuk tanaman umbi-umbian. Buah dan akar-akarnya akan bersih, serta terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

Media tanam untuk hidroponik, kata Indra, menggunakan media organik dan anorganik. Media organik bisa berasal dari arang, sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, dan akar pakis.

Sedangkan media anorganik, petani bisa gunakan rockwool, hidroton, kerikil, dan pasir. Kata Indra, rockwool paling sering digunakan.

“Alat-alat untuk hidroponik bisa memanfaatkan barang-barang di sekitar kita, seperti pot bisa diganti dengan gelas air, kain flanel atau kain sumbu, selang.”

“Air yang digunakan seharusnya mengandung nutrisi dan pH yang telah disesuaikan. Nutrisi air sebaiknya mengandung beberapa unsur bahan kimia padat.”

Baca juga: Langkah Penting yang Harus Diambil Pemimpin Perusahaan dalam Menghadapi Krisis

“Lalu alat ukurnya yakni, pH meter dan PBS meter, dripper untuk irigasi tetes,” jelas pria kelahiran 1982 ini.

Selanjutnya, potong rockwool hingga berukuran 2,5 x 2,5 cm dengan gergaji besi, kemudian dibasahi hingga lembab.

Setelah itu, lubangi bagian tenagh rockwool dengan tusuk gigi atau lidi. Lalu masukkan benih ke dalam lubang tersebut. Jumlah benih tergantung karakter tanaman.

“Esok harinya silahkan dicek, benih sudah pecah atau belum. Setelah benih pecah, kemudian jemur tanaman di bawah matahari. Pastikan rockwool tetap lembab, tetapi jangan sampai becek jika diberi air.”

“Perhatikan pertumbuhan bagian lain, seperti daun dan tinggi tanaman. Bila sudah berusia 10-14 hari, berarti sudah siap pindah ke sistem-sistem hidroponik tersebut,” ungkapnya.

Dalam masa persemaian, biasanya air tidak perlu menggunakan nutrisi lagi. Selanjutnya di tahap penanaman, siapkan nutrisi AB mix sebanyak 1 liter air baku.

Jika campuran standar 5 ml a dan 5 ml b untuk setiap 1 liter. Baru kemudian pindah tanam menggunakan kain flanel.

“Perhatikan kebutuhan nutrisi dan pH air. Untuk hidroponik, pH air di angka 5-6. Selama pertumbuhan, tanaman membutuhkan sinar matahari. Masa panen biasanya berlangsung 30-40 hari,” jelasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Transformasi Digital Mampu Melepaskan Indonesia dari Middle Income Trap