Tren Industri Pangan Berbasis Maritim dan Cara Memasarkan Produknya

229

Baca juga: Dorong Semangat Menjadi Petani Kaya, Founder Woody Park Gelar Kegiatan Pelatihan Mencangkok Cepat

“Contoh lainnya, di Jepang, sudah di atas 150 kg perkapita per tahun,” jelas Level Mentor and Bussiness Model di Jakarta Base itu.

Agus menerangkan, rendahnya konsumsi masyarakat akan ikan, disebabkan bukan hanya karena budaya, tetapi juga pendekatan dari pemerintah dan akademisi dalam mengkampanyekan gemar makan ikan.

Meskipun membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah kebiasaan masyarakat,dia berharap ke depan kampanye terus diserukan dan disarankan untuk menggunakan pendekatan yang tepat.

Agus mengatakan, ikan tidak hanya bisa dikonsumsi secara utuh. Tetapi, juga bisa dalam bentuk olahan agar lebih menarik.

Dari hasil penelusuran Agus, masyarakat lebih tertarikan dengan produk olahan ikan dalam bentuk seafood ball.

Baca juga: Ketiadaan Sosok Pemimpin yang Tepat Membuat Perusahaan Jalan di Tempat

“44 persen orang memilih produk olahan ikan berupa seafood ball, mirip dengan bakso.”

“Ini merupakan produk olahan ikan yang paling well-accepted di masyarakat,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Komisioner PT BATA Indonesia ini.

Seafood ball pada umumnya dijual dalam kondisi dingin (frozen food). Kini sudah banyak para pedagang dan pengusaha-pengusaha rumah tangga yang menyediakan freezer untuk menjual frozen food.

Agus mencontohkan, ada sebuah perusahaan es krim baru yang memasarkan produknya justru ke ibu-ibu rumah tangga. Bukan ke supermarket seperti yang dilakukan beberapa perusahaan es krim besar dan senior di Indonesia.

Perusahaan es krim baru ini berusaha membangkitkan entrepreneur di kalangan masyarakat.

Baca juga: Alumnus FEB UGM Terpilih Jadi Ketua ISEI Jakarta Raya