Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM Kehilangan Sosok Dosen yang Dekat dengan Mahasiswanya

1907

Baca juga: Kehadiran Pemikiran Besar Dibutuhkan untuk Mencapai Kemajuan

Potensi kemunculan aliran debris di Indonesia pun besar.

Pasalnya, Indonesia punya banyak gunung berapi yang letusannya mengandung material longsoran bukit atau tebing di bagian hulu.

“Hal ini disebabkan oleh kondisi geologis yang kompleks, topografi yang tidak datar, curah hujan tinggi, banyak gunung api aktif, dan bukit dan lereng yang tidak stabil,” kata Bambang, di ruang Balai Senat, Februari 2013.

Bambang mencontohkan bencana erupsi Gunung Merapi yang menimbulkan berbagai kerusakan infrastruktur terjadi pada 2010.

Bencana dengan volume material yang tertumpah sebanyak 14-150 M3 ini menimbulkan kerugian mencapai Rp3,5 triliun.

Baca juga: Begini Strategi Myland untuk Selamatkan Jasa Raharja dari Krisis

Bambang pun menawarkan cara pengendalian aliran debris secara fisik dengan memanfaatkan teknologi bangunan Sabo.

Menurutnya, teknologi ini sudah dikembangkan di Indonesia sejak 30 tahun silam.

Sebagai gambaran, teknologi bangunan sabo akan mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung, dan mengalirkan material yang terbawa aliran debris, lalu meloloskan air ke hilir.

Sedangkan pengendalian secara nonfisik dapat dilakukan dengan monitoring kejadian hujan dan gerakan material di hulu sebagai upaya peringatan dini dan mitigasi kejadian bencana.

Baca juga: Ketua KAFEGAMA MM Ikang Fawzi: Jika Real Estate Sehat, Industri Lain Akan Sehat Pula