Apa Saja Kegiatan yang Ingin Dilakukan Masyarakat Saat Pembatasan Sosial Berakhir?

748
Peneliti Litbang Kompas jebolan UGM, Slamet, JP, S.Si, M.Han, menyampaikan hasil risetnya tentang aktivitas masyarakat usai pembatasan sosial berakhir dalam Webinar Dies Natalis 38 GEGAMA belum lama ini. Foto: Ist
Peneliti Litbang Kompas jebolan UGM, Slamet, JP, S.Si, M.Han, menyampaikan hasil risetnya tentang aktivitas masyarakat usai pembatasan sosial berakhir dalam Webinar Dies Natalis 38 GEGAMA belum lama ini. Foto: Ist

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Aktvitas di berbagai aspek menurun seiring dengan bertambahnya jumlah kasus positif Covid-19 dan pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial di sejumlah daerah.

Sampai saat ini, belum ada titik terang untuk menangani pandemi Covid-19. Selain penularannya yang masif, Covid-19 belum bisa diobati dengan maksimal karena vaksin virus ini belum ditemukan.

Sejauh ini, pengobatan yang diberikan hanya bersifat ‘mendukung’ peningkatan imunitas tubuh.

Hal ini disampaikan oleh Peneliti Litbang Kompas, Slamet, JP, S.Si, M.Han, dalam Webinar Dies Natalis 38 GEGAMA, yang digelar pada Minggu (16/08/2020) oleh organisasi Mahasiswa Pecinta Alam GEGAMA secara daring.

Dari ringkasan arsip pemberitaan Litbang Kompas yang Slamet himpun, secara kronologis kasus positif Covid-19 pertama kali ditemukan di Indonesia pada 2 Maret 2020.

Baca juga: Berbagai Kerja Sama yang Harus Dikuatkan Lewat Hubungan Bilateral Indonesia-AS

Pemerintah lantas membuat protokol penanganan dan Satgas Covid-19, yang diawasi oleh BNPB.

Selanjutnya, pemerintah melakukan perubahan di berbagai kebijakan di tempat umum untuk cegah Covid-19, disusul dengan kebijakan pembatasan sosial pada 16 Maret 2020.

Ketika menjelang hari raya lebaran, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diberlakukan di sekitar wilayah Jabodetabek. Awal 13 April 2020, Presiden Jokowi menyatakan Covid-19 sebagai bencana nasional.

“Jumlah kasus terus bertambah sampai akhirnya sekitar pertengahan Juni 2020, tambahan kasus harian stabil di atas 1000 orang.”

“Pada 17 Juni 2020, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus positif terbanyak di Asia Tenggara,” jelas alumnus jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh UGM itu.

Baca juga: Cerita Diaspora KAGAMA tentang Penerapan Normal Baru di Perguruan Tinggi Korea Selatan