Upaya Kemenristek/BRIN Dorong Kemandirian Sektor Kesehatan

283

Baca juga: Strategi Petrus Kasihiw Jadikan Teluk Bintuni Kabupaten Berzona Hijau di Indonesia

“Pemerintah, industri, akademisi, saling bekerja sama untuk melakukan riset nasional yang menjadi prioritas sampai tahun 2045. Riset ini dilaksanakan setiap 5 tahun dan 1 tahun sekali,” tutur Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN ini.

Riset ini dilakukan untuk berbagai tujuan, salah satunya dalam rangka mewujudkan kemandirian obat dan alat kesehatan.

Kemenristekdikti juga fokus melakukan riset dan uji klinis pada lima komponen kelompok yakni, tanaman obat, vaksin, screening dan rapid test, PCR, mobile laboratory, dan ventilator.

“Vaksin yang kita kembangkan adalah vaksin merah putih. Ini menyangkut nasionalisme, kadaulatan, dan bisnis besar.”

Baca juga: Komika Alumnus UGM Ini Terus Berkarya di Masa Pandemi

“Selain obat tradisional, kita juga telah kembangkan screening dan rapid test yang biayanya jauh lebih murah dibandingkan negara-negara lain, alat tes PCR juga telah dibuat oleh anak bangsa dengan harga terjangkau,” jelas pria asal Blitar, Jawa Timur itu.

Alat rapid test dari Indonesia tersebut dibuat oleh UGM, UNAIR, dan Hepatika, yang dinamai RI-GHA.

Selain itu, ada juga ventilator yang dibuat oleh UGM dan ventilator yang dibuat oleh ITB bekerja sama dengan UNPAD.

“Seperti ventilator buatan UGM, dengan sebuah kerja sama pihaknya bisa menjual dengan harga murah. Bila di laur negeri harganya bisa mencapai Rp1 Milyar, ventilator buatan UGM cukup dengan Rp450 juta,” pungkasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Faktor Ini Bisa Sebabkan Pandemi Virus Corona di Indonesia Berakhir pada Februari 2021