Strategi Saptuari Sugiharto Mempertahankan Bisnis Kuliner di Masa Pandemi

3065

Baca juga: Gubernur DIY Tak Ingin Terburu-buru Terapkan New Normal, Begini Alasannya

Dengan akun instagramnya yang memiliki lebih dari 100 ribu followers, Saptuari tidak hanya mempromosikan produknya sendiri.

Diceritakan oleh Saptuari, dia kerap mendapat titipan dari kawan-kawannya sesama pengusaha untuk mempromosikan produk di akun instagram miliknya. Tentu dengan senang hati Saptuari membantu tanpa meminta imbalan.

“Alhamdulillah, setelah saya pos, teman saya jadi banjir pesanan. Membantu dengan cara seperti itu menjadi kebahagiaan tersendiri,” tutur pria kelahiran 1979 ini.

Ada pun strategi bisnis lain, khususnya di bidang kuliner yaitu membuat makanan kemasan dengan sistem jangka panjang, yang kemudian bisa dimanfaatkan sebagai media jualan dengan sistem reseller.

“Di masa pademi ini, sistem bisnis yang sedang berlaku yakni dropshipper dan reseller,” ujarnya.

Baca juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Dubes Wahid Imbau WNI di Rusia Giatkan Gotong Royong Selama Pandemi

Dalam proses produksi dua produknya, Jamur Lunas dan Usus Nagih, Saptuari bekerja sama dengan temannya yang bisa menggerakkan para petani jamur di tempat produksi.

Jamur Lunas dan Usus Nagih, bukan hanya menawarkan rasa, tetapi juga edukasi untuk lepas dari jeratan utang yang tertulis di bagian belakang kemasannya.

Dengan cara unik seperti ini, akhirnya banyak reseller bergabung untuk menjualkan produk Jamur Lunas ini.

Kini Saptuari sudah memiliki lebih dari 200 reseller, dengan rata-rata penjualan 20.000 pcs per bulan.

“Menjadi reseller bisa menjadi solusi untuk bertahan. Silakan bagi yang ingin menjadi reseller, tak perlu berpikir nanti materinya saya siapkan,” ujar alumnus yang semasa mahasiswa aktif di Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UGM itu.

Baca juga: Ikatan Alumni STIKSAM di Bawah Yayasan KAGAMA Kaltim Bantu Korban Banjir dan Warga Terdampak Covid-19

Selain menjalankan bisnisnya sebagai owner, dirinya pun merangkap sebagai reseller. Saptuari membantu temannya yang berbisnis sambal botol.

Dengan jaringan yang dimilikinya, Saptuari berhasil menjual 6000 botol dalam 3 minggu.

Pengalaman berbisinis yang sedang dijalankannya ini memberikan pelajaran berharga baginya, bahwa banyak peluang baru di luar sana di saat Covid-19 membuat omset bisnisnya tidak turun.

“Saya setuju dengan para ahli ekonomi bahwa ada pelaku usaha yang bisa bertahan asalkan paham cara mempertahankan konsumen. Bahkan ada bisnis yang justru melonjak saat pandemi,” pungkasnya.

Berbisnis dalam sitausi apapun, dua hal yang tak pernah dia tinggalkan adalah profesionalisme dan spiritual.

Dalam upaya persiapan New Normal ini, Saptuari sudah menginstruksikan karyawannya untuk disiplin pada protokol pencegahan Covid-19, seperti mewajibkan untuk menggunakan masker dan face shield. (Kn/-Th)

Baca juga: Optimisme Kebangkitan Ekonomi di Indonesia Pasca Covid-19