Mempertahankan Usaha Kehutanan dan Pertambangan di Masa Pandemi Menurut Ir. Sumedi

829
Praktisi Pertambangan dan Kehutanan Alumnus UGM, Ir. Sumedi, MP membabar kunci penting mempertahankan usaha di tengah pandemi. Foto: Ist
Praktisi Pertambangan dan Kehutanan Alumnus UGM, Ir. Sumedi, MP membabar kunci penting mempertahankan usaha di tengah pandemi. Foto: Ist

KAGAMA.CO, KALTIM – Alumnus Fakultas Kehutanan UGM, Ir. M. Sumedi, MP mengisahkan pengalamannya sebagai praktisi di bidang kehutanan dan pertambangan.

Menurut dia, pandemi Covid-19 jelas memberikan dampak yang luar biasa di berbagai sektor. Namun, dampak tersebut tidak merata di seluruh sub sektornya.

Sumedi merupakan Founder & CEO Tectona Group Kaltim, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha Jasa Rehabilitasi Hutan & Lahan, serta Jasa Reklamasi Pasca Tambang dan Pertambangan Batu Bara.

Dia mengamati, sejauh ini tidak semua sub sektor di bidang pertambangan dan kehutanan terkena dampak yang signifikan akibat Covid-19.

“Misalnya, tambang batu bara itu produk energi. Bagaimana pun situasinya batu bara tetap dibutuhkan,” tuturnya.

Baca juga: Era Normal Baru di Mata Guru Besar FK-KMK UGM

Hal itu dia sampaikan dalam acara Ngobrol Santai Ala Bulaksumur, bertema Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Indonesia Era New Normal, yang digelar oleh KAGAMA Kaltim, pada Minggu (31/05/2020), secara daring.

Terlebih lagi, kata Sumedi, pemerintah betul-betul mengimbau agar jangan sampai ada stagnasi di bidang energi. Untuk itu, bisa dibilang perusahaan tambang batu bara tidak terlalu terdampak oleh Covid-19.

Pria kelahiran 1965 ini menerangkan, ada juga beberapa sektor di pertambangan yang juga terkena dampak. Tetapi, hanya ada pada pengurangan produksi.

Hal ini berimbas pada industri-industri yang menggunakan batu bara sebagai power plant. Seperti industri mobil, suku cadang, dan tekstil, banyak yang gulung tikar karena perusahaan batu bara mengurangi produksinya.

Walaupun tidak begitu terdampak, kondisi pasar di bidang pertambangan tidak bisa dibilang baik. Dikatakan oleh Sumedi, harga batu bara relatif turun di pasaran.

Baca juga: Lampaui 572 Universitas, UGM Nomor Satu di Indonesia